Sunday, 3 March 2013

Sufi yang masih di dalam perjalanan menemukan beberapa gagasan yang bertentangan dengan prinsip syariat. Di antara yang demikian adalah konsep tauhid af'al, tauhid sifat dan tauhid ada. Konsep tauhid yang demikian membawa Tuhan ke dalam perbatasan alam dan mengadakan persamaan di antara Tuhan dengan makhluk. Sufi yang sedang dikuasai oleh suasana spiritual yang demikian menyangkal perbuatan dirinya, sifatnya dan wujudnya. Semuanya diisbatkan kepada Allah Muncullah ungkapan seperti: "Tidak ada yang berbuat melainkan Allah. Tidak ada yang hidup melainkan Allah. Tidak ada yang maujud kecuali Allah "dan lain-lain ungkapan yang sejenisnya. Ungkapan yang paling populer dikaitkan dengan kesufian adalah: "Ana al-Haq!" Ada kelompok yang beranggapan kononnya sufi yang belum mengucapkan "Ana al-Haq" belum lagi mencapai makam yang paling tinggi. Kaum sufi ikutan menggunakan ungkapan yang demikian untuk memukau kesadaran diri sendiri dengan cara mengulangi ucapannya sebanyak mungkin dan menghayati maknanya sehingga terpahat kepercayaan yang demikian dalam jiwa mereka. Golongan yang sesuai secara buta membela inilah yang menyebarkan kesesatan, berlindung di balik kata sufi yang sedang mabuk.

Manusia yang masih ada kemampuan untuk membuat pilihan, berpikir dan merasa, harus faham kondisi sufi yang fitrah mereka menerima kejutan alam gaib sehingga kemampuannya untuk membuat pilihan, berpikir dan merasa hilang. Sufi yang demikian dikatakan berada di dalam jazbah. Orang yang berada dalam jazbah adalah umpama orang yang keluar ke laut naik perahu kecil. Bila dipukul gelombang dia menjadi mabuk dan meracau. Setelah dia sampai ke tengah laut, ombak sudah tenang, mabuknya berkurang dan akhirnya dia kembali normal. Bila dia sudah sadar dia tidak meracau lagi. Pengalaman jazbah berguna kepada sufi tersebut karena pengalaman yang demikian menanggalkan sifat-sifat yang keji dari hatinya dan sifat ikhlas menjadi identik dengannya. Pengalaman jazbah itu juga berguna bagi guru yang menjadi pembimbing karena dengannya guru dapat mengetahui suasana dan stasiun spiritual muridnya. Ia juga menjadi tanda bahwa murid tersebut memiliki harapan untuk menjadi cemerlang kesudahannya. Guru yang arif akan membimbing muridnya agar melewati tahapan zauk sehingga sampai ke ujung jalan yang tenang dan damai. Murid yang sudah melewati tingkat jazbah dan kembali kepada kesadaran kemanusiaan biasa akan menyadari akan kekeliruan yang muncul dalam fahamannya sepanjang perjalanannya. Dia bertobat dari pegangan yang lalu. Kini dia menyaksikan satu kebenaran saja yaitu kebenaran kehambaan kepada Allah Manusia dan jin diciptakan untuk mengabdi kepada-Nya, bukan untuk bersatu dengan perbuatan, sifat atau wujud-Nya.

Paham yang keluar dari ilham dan kasyaf sufi jika melanggar syariat wajib ditolak. Jika orang yang mengetahui tentangnya ada kemampuan, ucapan latah sufi haruslah diterjemahkan menurut stasiun spiritual sufi tersebut dan penjelasan harus diberikan kepada masyarakat agar latah sufi tidak disalahertikan. Sufi yang mengeluarkan ucapan latah ketika dalam jazbah haruslah dimaafkan, meskipun ucapannya melanggar syariat. Harus diingat bahwa sufi tidak terlepas sepenuhnya dari suasana mabuk sebelum dia sampai ke makam siddiqiyat. Semua makam di bawah dari makam siddiqiyat tidak terlepas dari pengaruh mabuk sedikit atau banyak. Kesimpulannya pendapat sufi yang bertentangan dengan syariat wajib ditolak tetapi pribadi sufi itu sendiri tidak bisa dikutuk karena dia dikuasai oleh mabuk.

No comments:

Post a Comment