Saturday, 23 March 2013

hijab atau penutup terbesar pada seorang hamba pada tuhannya adalah ilmu, ketika manusia telah terbentur pada itungan matmatis, dan tak bisa keluar dari itungan itu maka dirinya akan terkungkung pada logikanya sendiri, dia akan terpenjara oleh akalnya sendiri, ketika akal telah menolak pada iman maka akan harus di tundukkan untuk tunduk pada iman, agar akal tidak menjadikan tuhan selain Allah yang berbentuk pengetahuan yang dibuat dan diberhalakan di dalam pikiran,
ketika hamba telah mampu meredakan akalnya agar tunduk pada iman dan kefasihan Allah membimbing rohani dengan ilham dan laduni, maka hamba akan memasuki alam di luar alam jasad, masuk ke alam ruhani, menapak pada samudra demi samudra yang tanpa air, tanpa layar dan perahu, samudera cahaya, sampai akhirnya masa kembali, kembali pada kesadaran akal yang telah melintasi perjalanan panjang kepahaman dan kehalusan ilmu, seperti nabi ketika telah kembali pada isro' mikroj, penjelasan kemudian akan bisa di terima oleh orang tak mengerti, dan orang yang mengerti, akan dapat di terima oleh orang bodoh tak bisa baca tulis, dan akan di terima oleh orang pintar yang sudah puluhan tahun belajar, orang bodoh akan menerima dengan penerimaan yang sederhana, orang pintar akan menerima dengan peliknya kepahaman karena pembacaan yang di sertai prasangka ilmunya dari berbagai sisi, satu masalah sederhana akan amat rumit di hadapan orang pintar, dan satu masalah rumit akan amat mudah di hadapan orang bodoh.
seperti dua orang satu bodoh dan satu pintar, sama sama akan naik bus, ketika duduk dalam bus si bodoh, akan duduk mencari posisi aman, dan nyaman, lantas tertidur, tapi si pintar malah mengeluarkan buku, mencatat semua onderdil bus, dan sepanjang perjalanan dia kelelahan memikirkan bus yang nyaman, yang bisa enak kalau di naiki bisa menjadikan dia tidur dengan lelap,

No comments:

Post a Comment