Wednesday, 27 March 2013

Daerah-daerah nafsu merupakan stasiun spiritual di sepanjang perjalanan. Stasiun spiritual tidak seharusnya dipandang sebagai makam ketinggian dan kemuliaan. Tuhan tidak melihat ke stasiun spiritual tetapi Dia melihat kepada takwa. Takwa yang sebenarnya hanya dapat disempurnakan dalam kehidupan dunia, di tengah-tengah masyarakat, bukan dalam kerohanian yang memisahkan seseorang dengan orang banyak. Manusia yang paling mulia, yaitu Nabi Muhammad saw sangat aktif dalam kegiatan masyarakat dan kehidupan harian.

Selain mengajarkan perjalanan kerohanian melalui daerah-daerah nafsu, tarekat tasawuf juga mengajarkan perkembangan kesadaran spiritual melalui berbagai tingkat kebatinan. Suasana kebatinan itu disebut Latifah Rabbaniah, yaitu unsur seni yang gaib yang termasuk dalam urusan Tuhan yang tidak bisa dipikirkan. Latifah Rabbaniah yang tergolong sebagai Diri Batin adalah Latifah-latifah Kalbu, Roh, Sir, Khafi, Akhfa, Nafsu Natiqah dan Kullu Jasad.

Latifah Kalbu adalah hati nurani. Ia menjadi raja yang memerintah sekalian anggota dan tubuh manusia. Ia menjadi induk bagi semua latifah yang lain. Kalbu atau hati itulah yang menjadi tilikan Allah Jika baik hati akan baiklah sekalian anggota. Hati yang seni dan gaib dikaitkan dengan hati sanubari, yaitu jantung yang terletak dalam dada sebelah kiri, kira-kira dua jari di bawah tetek. Jika diletakkan jari pada tempat tersebut bisa dirasakan denyutannya. Denyut jantung memberi peringatan kepada manusia bahwa dia masih hidup karena dukungan dari Latifah Kalbu yang menjadi bekas menerima karunia Allah Kalbu atau hati seni dibungkus oleh alam perasaan yang berbolak-balik, tidak diatur. Kesungguhan beribadah dan berzikir membebaskan Latifah Kalbu dari hijab alam perasaan yang menutupinya. Kapan Latifah Kalbu telah bebas dari tutupan alam perasaan ia akan menghadap ke alam gaib dan menerima ilham yang bebas dari bisikan setan. Kesadaran kebatinan pada tahap Latifah Kalbu membuat hati merasakan jalinan yang erat dan unik dengan Kenabian Adam as atau dikatakan hati mengalami suasana Hakikat Adamiyah. Perjalanan Adam as menjadi iktibar untuk hati bertobat dan membersihkannya dari segala kekotoran. Kesadaran spiritual yang berhubungan erat dengan kenabian Adam as itu juga membuka pemahaman tentang perjalanan hukum sebab dan akibat. Pemahaman tentang membuat seseorang mengagumi perjalanan kehidupan yang sangat rapi telah diatur untuknya oleh Tuhan Yang Maha mengatur. Kesadaran tersebut menambahkan keyakinannya kepada bimbingan yang datang dari Tuhan. Hatinya menjadi bertambah kuat untuk kembali kepada Tuhan dan dia bermujahadah untuk mendapatkan keridaan-Nya. Keasyikan dalam suasana latifah sering membuat mata hati menyaksikan cahaya dan warna dalam alam gaib. Keasyikan dalam Latifah Kalbu membawa seseorang menyaksikan cahaya berwarna kuning yang gemerlapan. Cahaya latifah yang disaksikan bukanlah cahaya Tuhan dan sekali-kali bukanlah Tuhan. Ia harus ditolak dengan memperbanyak ucapan: "La ilaha illa Llah".

No comments:

Post a Comment