Tarekat tasawuf mengajarkan manusia agar membangun kekuatan dalam berjihad melawan sifat nafsu ammarah dan membebaskan diri dari ikatan rantainya. Kekuatan internal diperoleh dengan cara mengingat Allah sebanyak mungkin. Awalnya ingatan kepada Allah dilakukan dengan paksaan dan hanya terjadi secara luar saja tetapi dengan mengulangi nama-nama Tuhan, menyebutkannya kuat-kuat akan menambah kesadaran terhadap-Nya. Ingatan kepada Tuhan yang dilakukan secara berkelanjutan akhirnya akan masuk ke dalam hati. Ketika itu ingatan kepada Tuhan dilakukan dalam hati, tidak perlu lagi menyebutnya kuat-kuat.
Ucapan dan ingatan kepada nama-nama Tuhan membuat hati menjadi jaga dari tidur dan sadar dari kelalaian. Hati mendapat kekuatan untuk berperang dengan tentara ammarah. Terjadilah peperangan di antara yang baik dengan yang jahat. Perjuangan ini terjadi di dalam daerah nafsu Lawwamah. Senjata militer Lawwamah adalah taat pada peraturan syariat, rajin beribadah dan menyibukkan lidah dan hati berzikir kepada Allah Hati yang sudah jaga dari tidur bisa berfungsi sebagai juru nasihat kepada diri sendiri. Bila terjadi kesalahan dosa akan berdetiklah peringatan di dalam hati dan orang yang terkait menjadi menyesal dan bertobat. Bila hati bertambah kuat juru nasihat dalam diri ini menjadi kuat. Ia akan menarik dirinya lari dari dosa sebelum dosa dilakukan. Meskipun begitu, ketika berada dalam daerah Lawwamah, seseorang itu masih lagi terlanjur melakukan dosa sekalipun dia berusaha mencegahnya. Ini karena sebagian dari rantai ammarah belum putus dari daerah Lawwamah. Rantai tersebut adalah ujub, riak dan samaah. Sifat kebaikan yang muncul dalam daerah Lawwamah adalah mengakui kesalahan diri sendiri, menyesal dan bertobat. Orang yang berada dalam daerah Lawwamah gemar bertafakur, merenung sesuatu dan mengaitkannya dengan Kudrat dan Iradat Tuhan. Ingatannya kepada Allah sekali sekala masuk ke dalam hati dan menerbitkan rasa kemanisan berzikir. Zikir yang telah masuk ke dalam hati memperkuat dan melembutkan hati itu. Kuat dalam melawan yang salah dan lembut dalam penyesalan terhadap kesalahan diri. Anggota nafsu Lawwamah banyak menangis jika teringat dosa-dosanya yang lalu. Dia juga mudah menangis ketika beribadah. Suasana hati yang menguasai anggota Lawwamah ini adalah 'takutkan Allah.' Perhatiannya lebih tertuju kepada akhirat dan surga dari nikmat duniawi. Satu sikap yang agak signifikan muncul pada anggota Lawwamah adalah dia tidak hanya mengkeritik kesalahan dirinya malah dia juga mengkeritik kesalahan orang lain. Ini terjadi karena dia selalu memperhatikan kesalahan dirinya dan kesalahan orang lain. Dalam memperhatikan kesalahan diri dia melihat kesungguhannya bekerja menghapus kesalahan. Dia melihat dirinya yang bertobat dan memohon ampunan dari Allah dalam memperhatikan kesalahan orang lain dia tidak melihat mereka melakukannya. Perhatian yang demikian membuatnya merasakan dirinya lebih baik dari orang lain.
No comments:
Post a Comment