Orang yang mau kembali ke jalan Tuhan perlu memahami bahwa dia tidak ada hak untuk mengubah apa yang telah dihukumkan oleh Tuhan. Apa yang Tuhan katakan benar harus diterima sebagai benar. Apa yang Tuhan katakan salah harus diterima sebagai salah. Tidak ada siapa yang berhak mengubah apa yang Tuhan telah tentukan. Tidak ada siapapun yang bisa mengubah waktu shalat lima waktu atau bulan yang diwajibkan berpuasa. Tidak ada siapapun yang bisa menghalalkan zina, arak, judi dan riba, pada apa alasan sekalipun. Perbuatan yang Tuhan haramkan tetap haram meskipun dibuat sebagai menggosok atau main-main. Segala perbuatan manusia akan digantung di lehernya sendiri.
Dan tiap-tiap manusia Kami gantungkan (catatan) amalannya di tengkuknya, dan Kami akan keluarkan baginya pada hari kiamat satu kitab yang dia akan menemukannya dengan terbuka. (Ayat 13: Surah Bani Israil)
Bila kehidupan dalam dunia ini diharmonikan menurut peraturan syariat, dunia ini tidak lagi menjadi dunia yang dibenci, bahkan ia menjadi taman untuk menanam tanaman akhirat. Ia menjadi bidang untuk mempertajam spiritual. Orang yang benar-benar mencari jalan spiritual dalam dunia ini akan menemukannya. Tuhan sediakan dalam setiap kaum dan kelompok orang-orang pilihan yang mampu membimbing masyarakat ke-Nya. Manusia pilihan itu adalah para arifbillah, insan sejati yang menjadi khalifah-Nya.
Orang arif, walaupun rohani mereka sangat elok, tetapi ditutupi oleh kondisi luar yang sangat sederhana dalam segala segi dan mereka terdiri dari orang-orang yang tidak terkenal. Namun, orang yang demikian adalah umpama air wangi Tuhan di dalam dunia, bisa dicium keharumannya oleh orang-orang yang beriman, benar dan jujur saja. Orang yang mencium keharuman itu akan mengikuti baunya. Keharuman yang muncul dari orang arif melahirkan rasa rindu kepada Tuhan dalam hati orang yang beriman. Rasa rindu menarik kaki orang yang beriman untuk berjalan pada jalan Tuhan, kembali ke posisinya yang asli. Orang yang bisa berjalan dengan mudah kepada Tuhan adalah orang yang lebih sempurna posisi syariatnya. Hakikat atau kebenaran sejati tidak muncul dengan baik sebelum syariat betul posisinya. Hakikat yang tidak sesuai dengan syariat adalah kebenaran bayangan semata-mata, bukan kebenaran sejati.
Orang yang arif bijak itu, diamnya saja ada maksudnya, dan bicaranya juga ada maksudnya, bahkan berbuat maksiat dalam mata orang awamnya juga ada maksudnya, semua yang di lakukan orang yang di anugerahi kearifan itu seperti khaidir membunuh anak kecil karena ada maksud yang tersembunyi yang tidak bisa di terangkan logika saat ini, tapi perbuatan orang arif itu tidak bisa berlandaskan dalam kesalahan dalam arti beda dengan tindakan seorang nabi, di katakan orang arif itu arif karena pernarikannya pada orang lain yang bersinggungan dengannya untuk kembali ke jalan ilahiyah, kereta kembali berjalan di relnya, tanpa membuat udara bergolak, tanpa membuat perubahan angin berhembus, tanpa meninggalkan bekas luka pemaksaan, semua berjalan dengan kelembutan dan kebijakan di luar logika sebab merubah segala sesuatu dengan menggukan kasih tulus dari dasar paling dasar hati, yang tidak terbaca gerak geriknya.
No comments:
Post a Comment