Orang yang tidak pernah berzikir adalah orang yang sangat keras hatinya dan kuat dipengaruhi oleh setan, hawa nafsu dan dunia. Cahaya api setan, fatamorgana dunia dan karat nafsu membaluti hatinya sehingga tidak ada ingatannya kepada Allah Seruan, peringatan dan ayat-ayat Tuhan tidak diterima oleh hatinya. Beginilah kondisi orang Islam yang dijajah oleh sifat munafik. Orang yang masih memiliki kesadaran harus memaksakan dirinya untuk berzikir, sekalipun hanya berzikir dengan lidah sedangkan hatinya masih lalai dengan berbagai memori yang selain Allah Pada tahap pemaksaan diri ini, lidah menyebut Nama Allah tetapi hati dan ingatan mungkin tertuju pada pekerjaan, harta , perempuan, hiburan dan lain-lain. Beginilah tingkat orang Islam biasa. Orang yang berada pada tahap ini harus melanjutkan dzikirnya karena jika dia tidak berzikir dia kan lebih mudah dihanyutkan di dalam kelalaian. Tanpa ucapan dzikir setan akan lebih mudah memancarkan gambar-gambar tipuan ke cermin hatinya dan dunia akan lebih kuat menutupinya. Zikir pada tingkat ini berperan sebagai juru ingat. Sebutan lidah menjadi sahabat yang memperingatkan hati yang lalai. Terjadilah tabrakan antara energi zikir dengan energi setan yang menutupi hati. Energi setan akan mencoba untuk menghalangi energi zikir dari memasuki hati. Tindakan setan itu membuat orang yang ingin berzikir itu menjadi malas dan mengantuk. Dengan demikian perlu dilakukan mujahadah, memerangi setan yang mencegah lidah dari berzikir itu. Zikir yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan berhasil melewati benteng yang didirikan oleh setan. Energi zikir yang berhasil memasuki hati akan bertindak sebagai pencuci, menyucikan karat-karat yang ada pada dinding hati. Pada tingkat awal zikir masuk ke dalam hati sebagai Nama-nama dan Sifat-sifat Tuhan yang diucapkan. Apabila karat pada dinding hati sudah berkurang ucapan dzikir akan disertai oleh rasa kelezatan. Hati yang sudah merasakan nikmat zikir itu tidak perlu ke paksaan lagi. Lidah tidak perlu lagi berzikir. Zikir sudah hidup dalam hati secara diam, jelira dan melezatkan. Perhatian tidak hanya pada nama-nama dan sifat-sifat yang diingatkan malah ia lebih tertuju kepada Yang Empunya nama dan sifat. Inilah posisi orang yang beriman.
No comments:
Post a Comment