Rasul-rasul, Nabi-nabi dan orang yang mewarisi mereka melihat kebenaran dengan basirah, yaitu mata rohani mereka. Basirah menyaksikan yang benar sebagaimana yang telah disaksikan oleh rohani sebelum menikah dengan jasad. Basirah dapat menembus benteng jasad dan dunia untuk melihat ke jalan yang terbentang menuju Tuhan. Semua ilmu dalam dunia ini tidak bisa mendatangkan basirah. Ilmu membuat kapal angkasa, ilmu membuat komputer, ilmu membangun bangunan yang tinggi-tinggi, ilmu kedokteran dan lain-lain ilmu dalam dunia tidak bisa menghasilkan basirah, tidak mampu melihat ke hakikat ketuhanan. Seseorang membutuhkan ilmu yang berasal dari alam gaib yang tersembunyi, ilmu yang lahir dari kesadaran terhadap Tuhan.
Dia turunkan Roh dari urusan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya untuk memberi peringatan tentang hari pertemuan. (Ayat 15: Surah al-Mu'min)
Dan demikianlah Kami wahyukan kepada engkau satu Roh dari urusan Kami. Padahal (jika tidak demikian) tidaklah engkau tahu apa itu Kitab dan apa itu Iman. Kami jadikan ia nur yang Kami beri petunjuk kepada barangsiapa yang Kami kehendaki dari hamba-hamba Kami.
(Ayat 52 & 53: Surah Asy-Syura)
Maka mereka temukan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan telah Kami ajarkan kepadanya yang langsung dari Kami.
(Ayat 65: Surah al-Kahfi)
Orang yang mau mencari jalan pulang harus ke bimbingan orang yang sudah ada basirah, yaitu orang yang dekat dengan Allah dan berupaya menyaksikan kemutlakan atau mengalami suasana Hadrat Ilahi. Orang yang demikian berkedudukan sebagai khalifah spiritual. Bergabung dan mendapat bimbingan khalifah spiritual perlu untuk menemukan jalan pulang. Pengembara di jalan ini semakin berkurang dan pembimbing pada jalan tersebut lebih berkurang lagi. Pada satu masa nanti sopir yang terampil sangat sulit ditemukan. Ketika itu orang yang terperangkap dalam dunia dan alam jasad mereka sendiri tidak dapat menemukan jalan lagi.
No comments:
Post a Comment