Manusia rohani memiliki sifat-sifat yang asli. Manusia lahir memperoleh sifat melalui percantuman dengan manusia rohani. Sifat yang muncul pada manusia lahir dinamakan kemanusiaan. Bila seseorang meninggalkan daerah-daerah ammarah, Lawwamah dan mulhamah masuk ke dalam daerah muthmainnah, berarti dia meninggalkan daerah kemanusiaan dan masuk ke sifat rohani. Kelenyapan kemanusiaan disebut kefanaan. Bertambah kuat sifat rohani menguasainya bertambah kuat kefanaan yang dialaminya. Tertanggalnya kemanusiaan dan pada waktu yang sama mengalami suasana Hadrat Ilahi menyebabkan orang yang bersangkutan menyangkal perbuatan manusia dan menyandarkannya ke perbuatan Tuhan. Orang yang dalam kondisi demikian menyaksikan Hadrat Tuhan memimpin sekalian alam maya ini. Karena itu dia menyerah bulat-bulat kepada administrasi Tuhan. Di daerah muthmainnah Hadrat Tuhan yang dialami oleh hati menyata sebagai Nama-nama-Nya yang banyak. Setelah dia masuk ke daerah yang lebih mendalam hatinya mengalami kondisi di mana Hadrat nama-nama yang terlihat banyak itu sebenarnya adalah Hadrat yang satu, yang berkuasa menentukan segala hal, tidak ada yang lain memiliki kuasa. Daerah ini dinamakan nafsu radhiah. Suasana hati anggota nafsu radhiah adalah sangat teguh meredai apa saja takdir Tuhan. Baginya bala dan nikmat adalah sama saja, sama-sama takdir Tuhan. Orang radhiah sangat kuat merasakan kehadiran kekuatan gaib mengendalikan segala perilaku dan tindak-tanduknya. Perbuatan yang keluar dari dirinya terjadi secara spontan tanpa dia campur sedikit pun. Keadaannya samalah seperti kondisi orang yang melihat dirinya di dalam mimpi. Dia tidak ikut campur dalam perilaku dirinya yang di dalam mimpi itu. Dirinya yang di dalam mimpi melakukan sesuatu tanpa berpikir dan berencana, tidak terikat dengan dirinya yang diluar mimpi. Bila diri yang di dalam mimpi itu menjadi sangat kuat diri yang di luar merasakan dialah yang khayalan dan diri yang di dalam mimpi itulah diri yang sebenarnya. Pengalaman seperti inilah menyebabkan orang radhiah menafikan keberadaan dirinya dan diisbatkan keberadaan Allah Perilaku orang radhiah tidak lagi terpengaruh pada pikiran, perasaan dan hukum logika. Tuturkatanya berbunga-bunga, sulit dimengerti oleh orang lain. Dia kadang-kadang mengeluarkan kata yang menyinggung perasaan orang lain. Biasa juga terjadi dia mengeluarkan ucapan yang pada zahirnya melanggar syariat. Dia tidak lagi mengindahkan aturan masyarakat. Tingkah lakunya bisa menyebabkan orang menyangkakannya sudah gila. Apa yang sebenarnya di hatinya adalah segala hal datangnya dari Tuhan. Dia mengembalikan segala hal kepada Tuhan. Apa juga kemampuan dan kekeramatan diperoleh disandarkan kepada Tuhan. Orang radhiah mengalami rasa 'kegilaan kepada Allah' pada tingkat paling tinggi. Suasana hatinya diistilahkan sebagai 'dalam Allah.' Dia fana dalam lautan takdir.
No comments:
Post a Comment