Setiap umat Islam dituntut agar beriman kepada peraturan yang Tuhan telah tetapkan, mempelajarinya, mengamalkannya dan menyebarkannya sekadar kemampuan masing-masing. Hubungan Muslim dengan syariat Islam adalah percaya, mempelajari dan menerapkan. Karena derajat lahir dan rohani manusia tidak serupa maka terdapatlah perbedaan tingkat kepercayaan, pengetahuan dan kekuatan melaksanakannya. Perbedaan tersebut menyebabkan umat Islam mudah sepakat dalam hal pokok, berkompromi pada hal cabang dan tidak bersefahaman pada hal ranting. Kegoncangan pada ranting tidak seharusnya menggoncangkan pohon solidaritas umat Islam. Perbedaan pada fokus pelaksanaan tidak seharusnya membatasi kerjasama sesama Muslim. Masalah khilafiah tidak seharusnya menjarakkan kelompok yang berlainan mazhab.
Al-Quran yang sampai kepada kita sekarang ini mengandung 6,666 ayat. Tidak mungkin ada orang Islam saat ini yang mampu menyesuaikan dirinya dengan 6,666 ayat tersebut sekaligus, dengan segera atau dalam jangka waktu yang singkat. Rasulullah saw membawa pengikut beliau 'ke dalam' al-Quran demi tahap dan beliau mengambil waktu lebih dari dua puluh tahun untuk membawa mereka 'berjalan di dalam' 6,666 ayat tersebut. Allah dan Rasul-Nya sangat berhikmah di dalam mendidik umat manusia. Saat terjadi perang Badar arak masih belum diharamkan. Sebagian syuhada Badar terdiri dari mereka yang kuat arak tetapi Allah, dengan kasihan belas dan rahmat-Nya, menerima sekalian anggota Badar sebagai anggota surga.
Rasulullah saw berfokus akidah, diikuti oleh akhlak. Al-Quran mengajarkan beriman, kemudian beramal salih. Allah memperingatkan bahwa Dia mengampuni segala dosa, termasuk dosa zina, arak dan sebagainya tetapi Dia tidak mengampuni dosa syirik. Umat manusia harus diselamatkan dari dosa yang tidak diampuni Tuhan terlebih dahulu sebelum dosa yang Tuhan ampunkan. Kaum Muslim yang berilmu berkewajiban menyelamatkan kaum Muslim yang jahil dari lembah syirik. Dalam melakukannya perbedaan paham tidak bisa dijadikan penghalang. Kelompok yang berkuasa dan kelompok yang berilmu sama-sama akan ditanya oleh Allah nanti apakah yang mereka buat untuk membersihkan akidah umat manusia. Puak berilmu tidak bisa memberi alasan yang puak berkuasa tidak menerima nasihat. Tanggungjawab ahli ilmu tidak terlepas dengan alasan yang demikian. Dengan sedikit 'suntikan' dari kelompok yang berilmu akan membuat kelompok yang berkuasa bisa melakukan berbagai hal demi kebaikan syariat Tuhan. Dengan sedikit tolak-angsur dari suku yang berkuasa akan memungkinkan kelompok ulama menyampaikan banyak hal demi syariat Tuhan.
No comments:
Post a Comment