Saturday, 23 March 2013

Taubat yang benar menggabungkan cara fikih dengan cara tasauf. Orang yang bertobat melakukan shalat sunat taubat dan memperbanyak ucapan istighfar. Kesalahan yang berhubungan dengan orang lain diselesaikan secara meminta maaf atau membayar hutang jika ada. Dia tidak mengulangi kesalahan setelah dia bertobat. Dia tidak mendekati ruang yang bisa membawanya kepada kesalahan kembali. Untuk kesalahan kepada orang lain dia harus mendoakan kesejahteraan untuk orang itu.

Taubat yang lebih mendalam perlu ke bimbingan orang arif yang telah melakukan taubat secara khusus. Orang arif melakukan taubat dengan penuh rasa takut kepada Tuhan. Dilihatnya dosa seperti gunung yang akan jatuh ke atas kepalanya. Dia merasa takut dan lari ke Tuhan memohonkan ampunan-Nya. Dia takut dicampakkan jauh dari Tuhan. Dia takut 'kehilangan' Tuhan yang sangat dikasihinya. Dia takut kehilangan perhatian-Nya, cinta-Nya dan ampunan-Nya. Dia takut dan malu karena Tuhan Melihat dan Mendengar segala perbuatan dan tutur kata lidah dan hatinya. Dia takut azab Tuhan yang sangat keras. Ucapan yang keluar dari mulut orang yang takut Tuhan memberi kesan yang mendalam pada jiwa orang yang mau bertobat. Kondisi takutkan Tuhan itu juga menguasai jiwa orang tersebut yang mau bertobat itu. Kata yang keluar dari hati yang bersih dan tertutup oleh cahaya suci menyinar di cermin hati orang yang mendengar. Hati yang menerima pancaran cahaya suci dari orang suci akan menjadi jaga dan hidup. Hati yang hidup itu melakukan taubat dengan sebenarnya.

Orang arif yang mampu membimbing orang lain memasuki pintu taubat adalah orang yang telah sampai ke makam jarak dengan Tuhan. Kemudian mereka dikirim balik ke alam rendah untuk membimbing orang lain yang berpotensi tetapi masih ada cacat dan kelemahan. Dalam melaksanakan tugas tersebut orang arif berjalan menurut Sunah Rasulullah Tugas pembimbing spiritual berbeda dari tugas seorang. Rasul ditugaskan menyampaikan kepada semua orang. Pembimbing spiritual tidak mengajarkan semua orang. Mereka hanya mengambil orang-orang tertentu, yang dipilih untuk mengikuti pelatihan intensif untuk menambah jumlah orang arif yang akan melayani masyarakat. Rasul diberi kebebasan dalam melakukan tugas berdakwah tetapi pembimbing jalan spiritual harus mengikuti jalan rasul, tidak bisa membuat jalan sendiri. Guru spiritual yang mengaku dirinya bebas dari Sunah Rasulullah saw, mengklaim dirinya sama dengan nabi, sebenarnya telah jatuh ke dalam kesesatan dan kekufuran. Guru spiritual yang benar berpegang teguh kepada prinsip agama yang dibawa oleh Rasulullah saw, tidak membawa peraturan baru. Cara penyampaian mereka bisa jadi berbeda dengan cara Rasulullah saw karena kebijaksanaan manusia tidak sama, tetapi perbedaan cara tidak sampai mengubah hukum dan peraturan. Orang arif yang benar memiliki 'jarak' dengan Rasulullah saw melebihi dekat dengan istri, anak dan kerabat mereka. Kehampirannya adalah jarak spiritual yang lebih erat dari hubungan darah daging.

No comments:

Post a Comment