Kelatifan Diri Batin, roh atau rohani menyebabkan mudah timbul sangkaan yang menyamakannya dengan Tuhan atau memperhubungkannya langsung dengan Tuhan. Suara seruling bukanlah bunyi suara orang yang meniup seruling. Seruling menjadi hijab yang menceritakan bahwa ada orang yang meniup seruling. Suara seruling membawa perutusan dari peniupnya. Suara seruling membawa 'kehadiran' peniupnya. Kehadiran tersebut adalah rahasia peniup seruling dan rahasia seruling itu sendiri. Orang arif mengenali peniup seruling dengan mendengar suara seruling. Orang arif juga mengenali jenis seruling melalui bunyinya. Perkenalan itu menjadi mungkin karena di antara peniup seruling dan seruling ada rahasia atau 'kehadiran' yang bercerita. Rahasia atau 'kehadiran' itulah hubungan di antara peniup seruling dengan seruling dan suara seruling. Hubungan Tuhan dengan Insan Batin, roh atau rohani lebih unik dari hubungan peniup seruling, seruling dan suara seruling. Hadrat (kehadiran) Tuhan atau Rahasia Tuhan lebih unik dari kehadiran peniup seruling. Hadirat Tuhan dirasakan oleh batin manusia dalam suasana tidak berhuruf, tidak bersuara, tidak berupa dan tidak upaya untuk menceritakannya. Sebab itulah suasana tersebut menjadi rahasia di antara Tuhan dan Insan Batin. Insan batin itu dinamakan Insan Sirullah (Insan Rahasia Allah). Ia bermaksud insan diberi kemampuan oleh Allah untuk menanggung Hadrat-Nya, Rahasia-Nya, amanah-Nya dan nur-Nya. Apa ini istilah yang digunakan itu berarti yang sama yaitu kondisi Tuhan dan yang terkait dengannya disebut urusan Tuhan. Roh sebagai ciptaan Tuhan yang paling unik, istimewa dan luar biasa, dalam kondisi aslinya yang murni berfungsi sebagai perutusan yang membawa urusan Tuhan. Tujuan perjalanan manusia rohani adalah kembali ke posisinya yang asli, yang bertaraf amr Tuhan. Manusia rohani yang kembali ke taraf amr Tuhan itulah yang benar-benar mengenal Tuhan.
Dalam menemukan jalan pulang manusia rohani harus membawa 'rekan-kongsinya' yaitu manusia lahir. Setelah manusia rohani dan manusia lahir berkumpul bersama, maka segala urusan adalah bersama. Ketika manusia rohani belum menyatu dengan manusia lahir, ia adalah suci, murni dan murni, tidak memikul atas beban. Setelah memikul beban ia berkewajiban membawa beban itu ke jalan yang benar bersama-samanya. Jika manusia rohani berhasil memimpin manusia lahir ke jalan yang lurus itu tandanya ia berada pada jalan yang benar, benar menanggung amanah Tuhan. Ketika sampai pada satu tingkat manusia rohani dan manusia lahir akan menjadi tepat di antara satu sama lain. Apa yang lahir pada lahir itulah yang ada pada rohani. Lidah tidak mengeluarkan kata melainkan apa yang ada dalam hati yang suci bersih. Segala perbuatan dan perilaku lahir adalah baik-baik belaka karena aspek lahir telah tunduk pada aspek rohani. Kondisi demikian dikatakan diri lahir dengan Diri Batin berkamil, zahirnya adalah batinnya dan batinnya adalah zahirnya. Tidak ada perbedaan lagi antara lahir dengan batin.
No comments:
Post a Comment