Aspek lahir manusia harus tunduk kepada syariat lahir dan aspek batin tunduk pada syariat batin. Rangsangan dan atraksi tubuh serta anasir alam harus diharmonikan di bawah payung syariat. Syariat memperlakukan kebutuhan lahir seperti makan, minum, tempat tinggal, pakaian, pendidikan, kesejahteraan hidup dan lain-lain. Berjalan di jalan spiritual tidak mewajibkan meninggalkan pekerjaan, istri-istri, anak-anak, masyarakat, makanan, minuman, pakaian dan lain-lain yang diharuskan oleh syara. Syariat menempatkan peraturan dalam segala aspek kehidupan. Aturannya adalah jelas dan mudah diikuti.
Jika aspek lahir manusia tunduk kepada peraturan syariat lahir sehingga menjadi sesuai dengannya, aspek rohani akan memperoleh keunggulan dalam syariat batin. Barulah benar seorang itu masuk ke jalan spiritual. Orang yang bisa terbang ke dalam daerah spiritual adalah orang yang memiliki dua sayap. Sayap pertama adalah syariat lahir dan sayap kedua adalah syariat batin. Kedua sayap tersebut dinamakan syariat, tidak lagi digunakan istilah syariat lahir dan syariat batin. Kapan lahir dan batin sudah berkamil, tidak ada lagi perbedaan di antara lahir dengan batin. Tidak ada lagi perpisahan di antara syariat lahir dengan syariat batin. Setiap praktek selalu ditemani oleh 'karena Allah Ta'ala'.
Untuk membawa syariat lahir berkamil dengan syariat batin, seseorang bukan sekadar melakukan kebaikan, bahkan kebaikan itu harus dilakukan dengan cara yang benar. Perbuatan shalat harus sesuai syarat dan rukunnya, bukan sekedar shalat saja. Melakukan pekerjaan yang halal harus dengan cara yang benar agar kemanfaatannya maksimal dan kemudaratan bisa dihindari dari pekerjaan tersebut. Begitu juga dalam urusan mendidik anak-anak dan lain-lain. Setiap anggota syariat (Muslim) berkewajiban mempelajari cara yang benar dalam melakukan apa juga pekerjaan dan praktek yang baik yang harus dilakukannya.
No comments:
Post a Comment