Manusia yang terperangkap dengan dunia putus hubungan kemanusiaanya dengan kemurnian rohaninya. Pengetahuannya tidak mengarah kepada Ilmu Tuhan. Dia hanya bisa berpikir tentang kehidupan duniawi saja. Dia bisa menjadi ilmuwan yang cerdas atau pemimpin yang handal, tetapi akalnya tidak berupaya menguak Rahasia ketuhanan yang tersembunyi di balik yang nyata. Nafsunya tidak menghadap ke Iradat Tuhan. Dia tidak ada selera untuk mahal Tuhan, tidak ada rasa kasih sayang kepada Tuhan dan tidak takut atau malu kepada Tuhan. Keinginannya semata-mata berfokus pada kesenangan dan kenikmatan duniawi. Nafsu yang bertaraf begini menjadi istana iblis. Nyawanya hanyalah pengisap dan hembusan nafas serta peredaran darah yang hampa. Tidak ada kelezatan bermunajat kepada Allah Anggota tubuhnya tidak digunakan untuk berbakti kepada Allah Segala daya dan upayanya ditujukan untuk memperoleh kemewahan dan kenikmatan hidup di dunia semata-mata. Setiap anasir alam mengenakan kecanggihan orang yang seperti ini. Unsur zahirnya menjadi bertambah kuat sehingga kemampuan unsur rohaninya terkunci dan terpenjara. Orang yang seperti ini berkedudukan seperti hewan yang pandai berpikir dan pandai berkata-kata. Tidak ada bedanya taraf hewan cerdik ini dengan hewan lain yang tidak berakal.
No comments:
Post a Comment