Dalam perjalanan menuju tahap yang disucikan seseorang harus melawan nafsu kehewanan yang menumpang pada nafsunya yang asli, yang disucikan. Nafsu kehewanan hanya inginkan makanan, minuman, pakaian, tidur, melakukan yang sia-sia dan mencari apa yang nikmat untuk di jalani, apa yang nikmat untuk di nikmati. Di daerah nafsu yang rendah itu juga ada sifat ego yang jahat seperti takabur, sombong, dengki, dendam, serakah, ujub, riak, mengadu domba, dan lain-lain penyakit hati. Semua itu harus dibuang dari daerah nafsu agar kemurnian nafsu yang asli kembali menyolok timbul ke permukaan sebab tak tertutup karat dosa. Orang yang benar-benar bertobat mampu melakukannya dan dia kembali menjadi suci, bersih dan murni. Hijab yang muncul dari alam zahiriah menjadi hancur dan rohaninya akan bercahaya, memperlihatkan keserian wajah yang menggambarkan kedamaian jiwa.
untuk bertaubat seseorang tak harus menunggu merasa berdosa, dan menunggu diri melakukan dosa dahulu, sebab sudah menjadi kodrat manusia itu secara sadar dan tidak sadar diri suka tak mengakui dosa dan lebih cenderung membuat alasan atas dosa yang telah di lakukan dan melakukan pembelaan pembelaan pada dosa yang di lakukan, sekarang di mata orang lain, mungkin akan membuat pembelaan dan hujahm tapi nanti di hadapan Allah dosa itu yang menjadi saksi adalah anggauta badan kita sendiri, maka sebelum masa itu terjadi, sebaiknya diri membersihkan diri dengan taubat dari sekarang, agar wujud pelapis hati dan ruh juga akal terbuka, dan kecemerlangan memancar dari hati, memancar sampai ke wajah, orang menatap juga akan ikut terpancari cahaya.
No comments:
Post a Comment