Tuesday, 5 March 2013

Seseorang yang mau memasuki aliran tarekat perlu mengetahui persamaan dan perbedaan di antara jalan kenabian dan jalan kesufian. Pengetahuan tersebut dapat membantunya untuk memilih praktek yang bersumberkan al-Quran dan as-Sunnah dan menolak ajaran yang bertentangan dengan ajaran Rasulullah Memelihara Sunah Rasulullah saw bisa menghindari ahli suluk dari terperangkap di dalam pusaran wahdatul wujud. Wahdatul wujud bukanlah syarat untuk menyempurnakan perjalanan kesufian seperti memperoleh fana dan baqa. wahdatul syuhud (menyaksikan satu wujud) sudah cukup untuk melalui tingkat tersebut. wahdatul syuhud yang dialami dengan disertai oleh keyakinan kepada ajaran Rasulullah akan membawa seseorang melewati penyaksian, suara, gambaran, cahaya, warna dan rupa-bentuk misal ditemukan dalam perjalanan. Keyakinan kepada ajaran Rasulullah bahwa Allah tidak menyamai sesuatu menjadi tenaga yang kuat menarik anggota suluk keluar dari bidang wahdatul wujud.

Tidak semua sufi terlibat dengan mabuk dan hilang kesadaran. Ada sufi yang melalui jalan yang mengeluarkan pengalaman yang sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah, tidak ada padanya mabuk, hilang kesadaran dan berbicara melanggar syariat. Di antara sufi yang termasuk di dalam golongan ini adalah Ibrahim Adham, Abdul Kadir Jailani dan Junaid al-Baghdadi. Ada juga kaum sufi yang memasuki pengalaman mabuk, fana, hilang kesadaran dan mengeluarkan ucapan latah, tetapi ketika mereka kembali sadar mereka mengakui kesalahan pada perilaku mereka. Bila tidak dikuasai oleh jazbah mereka berpegang teguh kepada Sunnah Rasulullah Di antara sufi yang termasuk ke dalam golongan ini adalah Abu Yazid, an-Nuri dan Syibli. Sufi kaum ke tiga pula berpegang pada pemahaman yang terang-terang bertentangan dengan prinsip Islam. Di antara mereka adalah Abu Mansur al-Hallaj dan Ibnu Arabi. Sufi kelompok pertama dipelihara sehingga air syariat yang mereka bawa tidak berubah warna, bahkan pada setiap peningkatan spiritual air tersebut menjadi semakin jernih. Ketika mereka meninggalkan kewalian cara sufi dan masuk ke kewalian cara kenabian, air syariat mereka sudah menjadi sangat jernih dan murni. Sufi kelompok ke dua pula air syariat mereka berubah warna pada satu tingkat, seperti tuak menjadi masam dan mereka mengalami mabuk, tetapi dengan rahmat Allah mereka dibawa melewati tingkat mabuk itu dan kembali ke kesadaran semula. Sufi kelompok ke tiga hidup terus menerus di dalam mabuk. Meskipun air syariat mereka sudah berubah warna namun, zat air yang asli masih ada dengan mereka. Jadi mereka tetap mengerjakan shalat dan beristighfar.

No comments:

Post a Comment