Orang jahil yang mencoba-mencoba menjadi sufi ikutan mudah keliru dengan suasana sufi kelompok ke tiga. Al-Hallaj yang selalu mengucapkan: "Ana al-Haq" kuat mengerjakan shalat dan beristighfar. Apa perlunya shalat dan istighfar kepada orang yang mengaku menjadi Tuhan? Bermacam-macam interpretasi diberikan tentang. Orang jahat menjadikannya alasan untuk menyebarkan kekufuran. Ada yang mengatakan bahwa anggota makrifat mengerjakan syariat bukan untuk dirinya sendiri tetapi hanya untuk memberi pengajaran kepada orang lain yang belum bermakrifat.
Ulama syariat (lahir dan batin) mengerti apa yang menguasai hati al-Hallaj, Ibnu Arabi dan sufi lain yang seperti mereka. Mereka adalah umpama pemuda yang sedang jatuh cinta. Darah muda yang diresapi oleh arak cinta membuat mereka mabuk dan hilang kesadaran. Yang terlihat pada mereka hanyalah yang dicintai, yang lain tidak terlihat lagi. Tetapi setiap kali mendatangi Kekasih, mereka diperingatkan oleh Kekasih mereka: "Cintailah apa yang Aku cinta demi cintamu kepada-Ku!" Si pencinta memperhambakan diri kepada kekasihnya dan melayani yang dikasihi oleh kekasihnya. Si pencinta sering memohon kemaafan kepada kekasihnya karena dia melihat kekurangan pada apa yang dipersembahkan untuk kekasihnya. Sufi-asyikin bermunajat: "Wahai Kekasih. Aku larut dalam CintaMu. Air CintaMu memenuhi setiap partikel wujudku. Partikel hidup dengan air CintaMu hanya mendapat kepuasan dalam salat demi mengingat namun, ketika hendak dipersembahkan kepada tidak ada satu pun layak dipersembahkan, sekalipun mengalir darah dari mataku dalam mengerjakannya. Maaf, wahai Kekasih. Maaf sebesar keampunanMu mendinding kemurkaanMu ". Sufi kaum ini perlu disimpati. Seberat-berat tes bencana berat lagi kerinduan kepada Tuhan yang menguasai hati para pencinta-Nya. Sebagai rahmat dari-Nya sebagian beban tersebut terangkat melalui salat.
No comments:
Post a Comment