Pertama dan paling pendek pencapaian manusia itu bisa di lihat dari apa yang menjadi fokus pikirannya, maka tak heran ada manusia yang terfokus pikirannya pada hal hal tertentu, yang kadangkala menurut orang lain itu amat remeh, tapi bukan hal yang remeh bagi yang menjalani, malah itu suatu yang sulit, sebab memang kapasitasnya seperti itu,
Ada kalanya seseorang itu terfokus pikirannya pada isi perutnya, apa yang nanti di makan, bagaimana mendapatkannya, anehnya sudah kaya juga tetap pikirannya mencari, enaknya makan apa, kemana mencari, dan gengsian mana makan di sana dan di sana,
Adakalanya pikiran manusia terfokus pada benda, entah pakaian, isi dompet, aksesoris dan lain sebagainya benda di luar tubuh.
Kemudian jika manusia kemudian meningkat pemahamannya pada level yang lebih memahami untuk apa dia diciptakan oleh Allah, maka level nya pandangan juga berubah, mulai menilai segala sesuatu itu berdasar, Ini termasuk ada pahalanya apa enggak, kalau ndak ada pahalanya maka dia akan ogah melakukan, dan pola pikirnya masih memakai pola pikir dagang, untung rugi, kalau penilaiannya rugi maka dia tak akan melakukan, padahal Allah sendiri sekecil atom pun amal ibadah seseorang itu dihitung, tak ada manusia dirugikan oleh Alloh,
Jika pola pikir manusia berubah dari menyadari keikhlasan amal sebagai suatu tolak ukur, maka dia mencoba beramal dengan cinta, dan rasa cinta itu mengalir pesat di urat nadinya, sehingga apapun akan diupayakan dengan penuh kecintaan, karena kecintaan pada Alloh, sang pemberi anugerah hidup.
Tapi ketika pola pikirnya makin dalam, dia angan angan kan bahwa dirinya sebenarnya tak akan kuasa beramal, jika Alloh tak memmberinya kekuatan beramal, maka dalam batinnya timbul keinginan untuk melepaskan diri dari merasa beramal, dan merasa mempunyai hak atas amal, amal itu semata mata qudroh irodahnya Allah, kehendak dan kepastian Allah, bahkan jiwanya sepenuhnya dalam genggaman Alloh, dan Allah tidak bisa disogok dengan amal sholeh, karena Allah sendiri lah sebenarnya yang beramal di dalam setiap mahluqnya, sehingga bisa menyembahnya, mengagungkannya, jadi seseorang itu bisa sholat sebab Alloh memberi ruh pada tubuh yang mati, mengalirkan darah dengan pompaan jantung, sehingga urat bergerak, dan manusia dengan lincahnya bisa melakukan aktifitas ibadah, jika dicermati segenap anggota badan itu sudah dipaket dalam suatu pekerjaan, yang diprogram lewat memori internal manusia, silih berganti mengisi otak, sekarang apa yang harus dikerjakan, semua tersistimatis, sehingga akan yang tercerdas sekalipun tak merasakan betapa rapinya Allah mengatur segala pergerakan.
No comments:
Post a Comment