Haruslah dipahami bahwa Qada dan Qadar adalah urusan Tuhan yang berkedudukan sama seperti urusan Tuhan yang lain, yang manusia tidak diberi ilmu tentang melainkan sangat sedikit. Qada dan Qadar Allah, Kalam Tuhan, rahmat Tuhan, sifat Tuhan, nama Tuhan, murka Tuhan dan apa saja yang mengenai Tuhan adalah ketuhanan yang sedikit sangat ilmu manusia tentang. Qada dan Qadar bukanlah hal yang bisa diolah oleh akal manusia. Jika hal tersebut mengupas berlangsung ia akan membawa kepada kekufuran dan bid'ah. Tidak ada siapapun yang bisa membuat takdir untuk berbuat jahat. Iblis telah meletakkan kesalahan pada takdir lalu dia menjadi durhaka, kafir dan dilaknati oleh Tuhan, dibuang jauh dari ampunan-Nya dan ditutup jalan untuk kembali kepada-Nya. Adam as mengakui kesalahan dirinya, tidak menyalahkan takdir, dan memohon ampunan dari Tuhan. Tuhan mengampuni Adam as. Dan menyelamatkannya. Percaya kepada takdir secara yang ditampilkan oleh Adam as adalah benar beriman kepada Qada dan Qadar. Percaya kepada takdir seperti yang telah ditunjukkan oleh iblis bukanlah beriman kepada Qada dan Qadar yang disuruh oleh Tuhan. Muslim berkewajiban menjaga batas akal agar tidak berkepanjangan menemukan kunci teka-teki Qada dan Qadar, seperti mereka tidak bisa menghujah pernyataan: "Allah tidak serupa dengan sesuatu". Memang benar Tuhan telah mengadakan ketentuan sejak azali, tetapi bukan seperti yang kita pikirkan, sangkakan, indoktrinasi dan angankan. Apa saja yang di sisi Tuhan tetap tidak serupa dengan apa yang terlintas di pikiran, khayalan, angan-angan dan perasaan manusia. Sebab itulah iman yang paling tinggi adalah iman shiddiqin, iman tanpa argumen tanpa takwil.
No comments:
Post a Comment