Mengapa Tuhan memilih Ka'bah untuk menyatakan Hadrat-Nya yang paling kuat di atas muka bumi? Tuhan berbuat menurut kehendak-Nya, tidak tunduk kepada argumen manusia. Muslim tunduk menyerah kepada kehendak Tuhan. Tuhan memerintahkan agar menjadikan Ka'bah sebagai Kiblat. Muslim menerima perintah Tuhan itu dengan patuh dan ikhlas melaksanakannya. Menolak shalat atau menolak Ka'bah sebagai Kiblat membuat seseorang menjadi kafir.
Pada Alam Langit-langit pula tempat yang paling kuat menerima Hadrat Tuhan adalah Baitulmakmur. Peringkat Baitullah pada manusia sama dengan posisi Baitulmakmur kepada malaikat. Sebanyak tujuh puluh ribu malaikat memasuki Baitul Makmur setiap hari. Sekali memasuki mereka tidak keluar lagi sampai ke hari kiamat.
Pada sekalian alam atau semua kejadian Tuhan, tempat yang paling kuat menerima Hadrat Tuhan berada di Arasy, yaitu tempat Nabi Muhammad saw menerima perintah shalat lima waktu sehari semalam. Hanya Nabi Muhammad saw seorang saja yang pernah sampai di sana. Jibril as tidak sampai ke tempat tersebut.
Ada perbedaan kekuatan suasana Hadrat pada tempat-tempat yang diberkati Allah Ka'bah diistilahkan sebagai Rumah Allah, Baitul Makmur pula Rumah Yang Aman Sentosa dan Arasy adalah Takhta Kerajaan. Bisa diibaratkan Kaabatullah sebagai Negeri Hadrat, Baitul Makmur sebagai Istana Hadrat dan Arasy sebagai Takhta Hadrat (ibarat ini hanyalah perbandingan sekadar untuk pemahaman). Nabi Muhammad saw memulai perjalanan beliau dari Baitullah. Beliau Mi'raj ke Baitul Makmur dan kemudian diangkat ke Arasy, tempat perjalanan yang paling tinggi. Pada Baitullah Rasulullah saw menerima kedatangan Jibril as Dalam suasana Baitullah manusia menerima suasana Hadrat dalam kondisi manusia dihijab oleh cahaya malaikat. Kondisi ini perlu karena manusia umum tidak dapat bertahan menerima suasana Hadrat tanpa hijab malaikat. Pada Baitulmakmur pula makhluk dihijab dari suasana Hadrat oleh cahaya Arasy. Pada Arasy pula Hadrat tidak terhijab, sebaliknya Hadrat itu sendiri yang menjadi hijab, melindungi makhluk dari kehebatan Keagungan Allah Di Arasy, dalam suasana tidak terhijab dari Hadrat Tuhan, Nabi Muhammad saw menerima firman Tuhan tanpa perantara. Meskipun tanpa perantaraan Nabi Muhammad saw mendengar Kalam Tuhan di balik hijab, yaitu Hijab Hadrat atau hijab ketuhanan, bukan hijab cahaya malaikat atau yang lain.
Dan tidak ada seorang manusia pun yang Allah berkata-kata dengannya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang hijab atau dikirim-Nya utusan, lalu dia mewahyukan dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia adalah Maha Tinggi, Maha Bijaksana. (Ayat 51: Surah Asy-Syura)
Musa telah mendengar perkataan Tuhan dari balik hijab tanpa Allah memperlihatkan Diri-Nya. Karena terlalu asyik mendengar Kalam Allah, Nabi Musa as teringin untuk melihat-Nya.
Dan tatkala Musa datang di waktu (yang) Kami (tentukan itu) dan Tuhannya Berkata-kata dengannya, dia berkata: "Hai Tuhanku! Tunjukkanlah diri-Mu kepadaku supaya aku lihat Engkau. (Ayat 143: Surat al-A'raaf)
Permintaan Musa itu dijawab oleh Tuhan:
Dia berfirman: "Sekali-kali kamu tidak akan dapat melihat Aku, tetapi lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap pada tempatnya maka engkau akan melihat Daku!" Tatkala Tuhannya mentajallikan ke gunung maka hancurlah ia dan tersungkurlah Musa pingsan. Setelah dia sadar dia berkata: "Maha Suci Engkau, dan aku adalah yang pertama sekali beriman". (Ayat 143: Surat al-A'raaf)
Jika Kalam Tuhan didengar disebalik hijab, melihat Tuhan juga di balik hijab, yaitu melihat Hadrat-Nya, merasakan kehadiran-Nya dengan iman, dengan penuh keyakinan. Musa mendengar perkataan Tuhan di Gunung Thursina dan meminta untuk melihat-Nya. Nabi Muhammad saw mendengar kata Tuhan di Arasy, tetapi Nabi Muhammad saw tidak meminta untuk melihat-Nya. Setelah kembali ke Makkah beliau ditanya oleh Abu Zarr apakah beliau telah melihat Allah? Beliau menjawab: "Semuanya cahaya, bagaimana aku dapat melihat-Nya". Hijab ketuhanan yang meliputi makhluk menyebabkan tidak mungkin makhluk melihat-Nya secara terang-terangan sebelum terjadi kiamat.
Manusia dapat mengalami Hadrat Ilahi karena Dia memperkenalkan diri-Nya melalui sifat-sifat-Nya, melalui nilai-nilai yang ada dengan manusia sendiri.
Dan pada diri kamu apakah tidak kamu perhatikan? (Ayat 21: Surah adz-Dzaariyaat)
Nilai-nilai yang ada dengan manusia mengajar kepada manusia mengenai aspek tasybih Tuhan. Bakat yang ada dengan manusia memungkinkan manusia berhubungan dengan Tuhan. Manusia memiliki bakat yang istimewa ini karena manusia ada hubungan dengan roh.
(Ingatlah) tatkala Tuhan kamu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya dari Roh-Ku harus kamu meniarap kepadanya dalam kondisi sujud ". (Ayat 71 & 72: Surat Saad)
Maha Luhur derajat-Nya, Yang Empunya Arasy. Dia turunkan roh dari urusan-Nya kepada barangsiapa yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya untuk memberi peringatan tentang hari pertemuan. (Ayat 15: Surah al-Mu'min)
Selanjutnya Allah berfirman:
Dan demikianlah Kami wahyukan kepada engkau satu roh dari urusan Kami. Padahal tidaklah engkau tahu apa itu Kitab dan apa itu iman. Tetapi Kami jadikan ia nur yang Kami beri petunjuk dengan ia barangsiapa yang kami inginkan dari hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau akan memimpin ke jalan yang lurus. (Yaitu) jalan Allah, yang kepunyaan-Nya apa yang ada di semua langit dan apa yang ada di bumi. Ketahuilah! Kepada Allah akan sampai segala urusan. (Ayat 52 & 53: Surah Asy-Syura)
Dan mereka bertanya kepada engkau tentang Roh. Katakanlah: "Roh itu adalah urusan Tuhanku, dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit". (Ayat 85: Surah Bani Israil)
No comments:
Post a Comment