Sunday, 10 March 2013

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena pada kejadian manusia terkumpul secara lengkap segala ayat-ayat, dalil-dalil, pembalikan dan kenyataan nama dan sifat Tuhan. Makhluk lain hanya menjadi ayat ke satu nama atau sifat Tuhan saja. Malaikat Izrail membawa kenyataan yang sempurna tentang nama al-Mumit dan sifat Tuhan Yang Berkuasa Mematikan. Izrail tidak membawa pernyataan tentang nama dan sifat Allah yang lain. Begitu juga dengan malaikat dan makhluk yang lain. Manusia juga bisa memamerkan bakat-bakat atau pernyataan kepada nama dan sifat Tuhan Yang Menghidupkan, Mematikan, Memberi, Tolak, Mencipta, Membimbing, Menyesatkan dan sebagainya.

Pada diri manusia ada nilai-nilai kebaikan dan kejahatan dan ada pula kemampuan berkehendak dan membuat pilihan. Sifat berkehendak dan berkuasa membuat pilihan yang ada pada manusia menceritakan bahwa wajibul wujud memiliki Sifat-sifat Iradat dan Kudrat. Sifat-sifat mendengar, melihat, berbicara dan mengetahui menceritakan bahwa wajibul wujud memiliki sifat-sifat Mendengar, Melihat, Berkata-kata dan Mengetahui. Pada diri manusia sudah ada nilai-nilai yang berguna buat mereka mengenali sifat-sifat wajibul wujud secara misal atau penyifatan. Pengenalan manusia tentang wajibul wujud lebih sempurna dari makhluk yang lain. Al-Quran mengajarkan kepada manusia tentang sifat-sifat Tuhan melalui nilai-nilai yang ada dengan manusia sendiri, cuma manusia diperingatkan bahwa Tuhan melampaui segala bentuk penyifatan. Pengajaran cara demikian membuat manusia mengetahui Tuhan tanpa suatu pengetahuan yang konkret dan mengenali Tuhan tanpa suatu identitas yang jelas. Pemahaman, pengetahuan dan pengetahuan tentang Tuhan tertanam dalam hati yang paling dalam. Pada kesadaran tingkat yang paling dalam itulah manusia memperoleh pemahaman yang hakiki, pengetahuan yang hakiki dan identitas yang hakiki. Dalam pemahaman yang hakiki paham bersatu dengan tidak faham. Dalam pengetahuan yang hakiki tahu bersatu dengan tidak tahu. Dalam identifikasi yang hakiki kenal bersatu dengan tidak kenal. Bila dua hal yang bertentangan telah bersatu akan lahirlah kesejahteraan (keislaman). Pada tahap itu orang arif hanya ada satu pilihan saja yaitu tunduk menyerah kepada Tuhan, tanpa takwil, tanpa argumen dan tanpa terka.

No comments:

Post a Comment