Satu tingkat alam menjadi ayat, dalil, pembalikan atau pernyataan untuk satu aspek nama dan sifat Tuhan. Satu-satu benda atau satu-satu hal pada anasir alam mencerminkan sesuatu tentang nama dan sifat Allah. Alam secara keseluruhan mencerminkan dengan lengkap tentang nama dan sifat Allah. Meskipun alam menjadi ayat atau dalil untuk nama dan sifat Allah namun itu bukan berarti nama dan sifat Allah ada batas sebagaimana alam ada perbatasan. Aspek Tuhan yang mengarah ke alam yaitu nama dan sifat wajibul wujud menyatakan dengan lengkap pada keberadaan alam tetapi aspek Tuhan yang tidak ada hubungan dengan alam tidak ada pernyataan-Nya di alam. Sebab itulah ketika sufi mencapai zauk Tuhan Yang Maha Tinggi, Maha Esa, sufi mengalami suasana alam tidak ada, nama tidak ada dan sifat ini tidak ada. Dia memasuki suasana yang tidak ada pada atau bawah, tidak hadapan atau belakang, tidak kanan atau kiri, tidak ruang atau zaman, tidak ada rasio ke wujud atau tidak ada. Pengalaman yang demikian membuat sufi memperoleh makrifat tentang Tuhan yang melampaui segala penyifatan, tidak sesuatu yang serupa dengan-Nya dan tidak sesuatu yang menyertai-Nya. Dia Maha Tinggi lagi Maha Suci dari apa yang dianggap dan dinisbahkan kepada-Nya. Dalam kondisi demikian jika keluar ucapan dari mulut sufi tersebut akan muncullah ungkapan: "Sesungguhnya Aku adalah Allah! Tidak seorangpun yang menyertai Aku. Tidak ada yang ada kecuali Aku! "
No comments:
Post a Comment