Sunday, 3 March 2013

Ilham dan kasyaf sufi lebih bersifat pribadi, berguna untuk sufi itu sendiri dalam menentukan arah tindakannya. Efek mabuk yang terjadi pada jalan kewalian sufi sulit terpisah dari seseorang sufi itu dan efek tersebut dapat mempengaruhi ilham dan kasyafnya. Apa yang diperoleh oleh sufi yang dipengaruhi oleh mabuk mungkin tidak sesuai izin yang asli. Sufi tersebut mungkin mengeluarkan pendapat yang kurang benar dan meninggalkan yang lebih benar. Dengan demikian kebenaran ilham dan kasyaf sufi itu harus diuji dengan kebenaran al-Quran dan as-Sunnah. Peringkat seseorang sufi itu diukur dengan melihat sejauh mana ilham dan kasyafnya sesuai dengan ajaran al-Quran dan as-Sunnah. Sufi yang telah mencapai tingkat kewalian tingkat tertinggi, yang telah terlepas dari efek mabuk, fana dan bersatu dengan Tuhan, tidak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah.

Al-Quran dan Hadis telah memberi penjelasan yang lengkap mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan akidah. Hal yang sudah cukup terang dan jelas ini tidak bisa digugat oleh apa saja, termasuk paham, ilham dan kasyaf sufi. Jika terjadi kontradiksi antara ucapan anggota sufi dengan pernyataan al-Quran dan as-Sunnah mengenai hal akidah, ia harus ditolak dan kata al-Quran dan as-Sunnah itu yang wajib diimani. Ucapan sufi yang demikian harus dianggapkan sebagai ucapan yang lahir dari suasana hati yang dipengaruhi oleh mabuk dan fana dan sufi tersebut belum lagi menghabiskan perjalanannya. Jika kata sufi mendukung pernyataan al-Quran dan as-Sunnah, maka kata tersebut harus diizinkan. Dalam memahami maksud al-Quran dan as-Sunnah, aliran Ahli Sunah wal Jamaah harus diikuti.

No comments:

Post a Comment