Sunday, 10 March 2013

Pandangan kaum sufi tentang alam berbeda. Ada tiga pendapat yang populer tentang. Kelompok pertama percaya bahwa alam ini ada dan alam diciptakan oleh Tuhan. Apa juga kemampuan dan bakat yang ada pada alam dan makhluk, adalah juga diciptakan oleh Tuhan. Mereka menganggap diri mereka seperti kerangka kosong yang tidak memiliki apa-apa, tiada daya dan upaya, semuanya adalah milik Tuhan semata. Grup ini sangat dikuasai oleh suasana 'ketiadaan' sehingga mereka lupa kepada diri mereka dan alam sekaliannya. Kondisi mereka adalah seperti orang halimunan yang menanggalkan pakaiannya lalu tidak ada apa-apa lagi yang terlihat (pada alam perasaan mereka). Mereka serahkan semua pakaian kepada Pemilik pakaian dan tinggallah mereka dalam suasana 'ketiadaan' atau kefanaan. Kefanaan yang menguasai mereka menyebabkan hubungan mereka dengan 'pakaian' tidak ada lagi. Jika mereka keluar dari kefanaan, masuk ke suasana kesadaran dan baqa dalam Tuhan, mereka akan menyadari bahwa pakaian ada dengan mereka. Mereka akan dapat menerima kehadiran pakaian beserta pengakuan bahwa Tuhan yang memiliki pakaian tersebut. Sufi kelompok ini yang telah melewati tingkat fana dan kembali ke kesadaran semula, akan memiliki pengetahuan yang sebenarnya. Pada tingkat ini mereka akan setuju dengan pendapat Ahli Sunah wal Jamaah tentang alam. Ahli Sunah wal Jamaah memperoleh petunjuk dari al-Quran, as-Sunnah dan konsensus ulama. Ahli sufi yang sampai ke tingkat ini bersamaan dengan paham dan pegangan ulama. Jika ulama mencapai pemahaman dan pegangan melalui akal, sufi pula memperolehnya melalui kasyaf dan zauk yang benar. Mereka mengakui bahwa Tuhan tidak menyamai sesuatu. Dengan demikian mereka tidak mengadakan perbandingan atau penyatuan dengan Tuhan.

Sufi kelompok ke dua berpendapat alam adalah bayangan Tuhan, semata-mata bayangan bukan yang sebenarnya. Alam tergantung wujud Tuhan sebagaimana bayang tergantung pada diri yang empunya bayang. Sufi kelompok ke tiga berpegang pada paham yang terkenal sebagai wahdatul wujud. Kelompok ini percaya yang ada hanya satu wujud. Alam ini dikatakan hanyalah wujud yang tergambar dalam pikiran dan tanggapan, sedangkan sebenarnya alam tidak ada. Hakikat-hakikat tidak pernah menyatakan kepada kenyataan ada. Hakikat adalah wujud yang satu pada martabat-martabat penurunan. Tuhan yang memiliki sifat-sifat yang wajib dan harus, serta ada pula tingkat-tingkat penurunan, maka meskipun dipandang sebagai banyak namun, sebenarnya hanyalah satu wujud saja. Wujud yang satu itulah yang merasakan senang, susah, sakit dan sebagainya. Keberadaan yang lain dan nilai-nilai yang ada pada yang lain hanyalah wujud dan nilai khayali yang dibentuk oleh khayalan dan tanggapan semata. Alam, surga dan neraka hanyalah muncul dalam sangkaan. Paham kelompok inilah yang paling digemari oleh orang yang menjadi sufi tiruan. Ketika sufi yang sebenarnya dikuasai oleh jazbah, zauk dan pengalaman spiritual, sampai mereka tidak dapat membedakan yang benar dengan yang salah, sufi tiruan pula terjerumus ke dalam kekufuran dan kesesatan.

Sufi kelompok pertamalah yang hampir dengan pernyataan al-Quran dan as-Sunnah. Semakin jauh mereka meninggalkan kefanaan dan fenomena bayangan, maka semakin hampirlah mereka dengan kebenaran yang sejati. Ketika mereka kembali ke kesadaran penuh, kebenaran dan kesesuaian mereka dengan al-Quran dan as-Sunnah adalah jelas. Mereka mencapai kesempurnaan kebatinan karena mereka mencapai kebenaran al-khafi (kesadaran batin) dan kebenaran al-akhfa (kesadaran batin yang paling dalam) yang bersamaan dengan Kebenaran Hakiki. Mereka mencapai Kebenaran Hakiki melalui pengalaman spiritual. Sufi kaum ini sudah melewati tingkat kesadaran yang tersembunyi (as-Sir). Sufi yang berfahaman wahdatul wujud pula, ketika mereka mencapai kefanaan pada tingkat Sir, mereka tidak dapat keluar dari tingkat tersebut dan mereka tidak memisahkan as-Sir dari Yang Haq, tidak menyanggahnya. Sebaliknya mereka percaya bahwa as-Sir satu dengan Yang Haq, lalu mereka menyamakan diri mereka dengan Tuhan, percaya hanya Tuhan yang ada, selain Tuhan tidak ada.

No comments:

Post a Comment