Tingkat ikhlas yang paling rendah adalah ketika amal perbuatan bersih dari riak yang jelas dan samar tetapi masih terikat dengan keinginan untuk pahala yang dijanjikan Allah swt. Ikhlas seperti ini dimiliki oleh orang yang masih kuat bersandar kepada amal, yaitu hamba yang mentaati Tuannya karena mengharapkan upah dari Tuannya itu. Walau tingkatan ini rendah, tapi bukan lantas kita ndak mau dalam tingkatan ini, seperti anak SD, yang tau kalau sekolah SD itu rendah, karena tinggian kuliah, bukan berarti lantas anak SD gak mau sekolah SD dan pengen langsung kuliah, tak bisa seperti itu, ketika sekolah SD, sekolahlah sampai menjadi rengking 1, sama ketika tingkatan kita itu tingkatan orang yang bersandar pada amal dan maka harus sampai rengking kita terjawab semua doa,
Di bawah dari tingkatan ini tidak dinamakan ikhlas lagi. Tanpa ikhlas seseorang beramal karena sesuatu muslihat keduniaan, ingin dipuji, ingin menutup kejahatannya agar orang percaya kepadanya dan bermacam-macam lagi trik yang rendah. Orang dari golongan ini meskipun banyak melakukan praktek namun, praktek mereka adalah umpama tubuh yang tidak bernyawa, tidak bisa menolong tuannya dan di hadapan Tuhan nanti akan menjadi debu yang tidak mensyafaatkan orang yang melakukannya. Setiap orang yang beriman kepada Allah swt harus mengusahakan ikhlas pada amalannya karena tanpa ikhlas syiriklah yang menyertai praktek tersebut, sebanyak ketiadaan ikhlas itu.
(Amalkanlah hal itu) dengan tulus ikhlas kepada Allah, serta tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya. (Ayat 31: Surah al-Hajj)
"Serta (diwajibkan kepadaku): 'hadapkanlah seluruh dirimu menuju (ke arah mengerjakan perintah-perintah) agama dengan benar dan ikhlas, dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik'". Dan janganlah kamu (Muhammad) menyembah atau memuja yang lain dari Allah, yang tidak dapat mendatangkan manfaat kepadamu dan tidak juga hikmah kepadamu. Jadi, jika kamu mengerjakan yang demikian, maka pada saat itu kamu akan menjadi orang-orang yang lalim (terhadap diri sendiri dengan perbuatan syirik itu). (Ayat 105 & 106: Yunus)
Daging dan darah binatang korban atau hadiah itu tidak sekali-kali akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah amal yang ikhlas yang berdasarkan takwa dari kamu. (Ayat 37: Surah al-Hajj)
Allah menyeru sekaligus supaya berbuat ikhlas dan tidak berbuat syirik. Ikhlas adalah lawan kepada syirik. Jika sesuatu amal itu dilakukan dengan anggapan bahwa ada makhluk yang berkuasa mendatangkan manfaat atau mudarat, maka tidak ada ikhlas pada amal tersebut. Bila tidak ada ikhlas akan adalah syirik yaitu sesuatu atau seseorang yang kepadanya amal itu ditujukan. Orang yang beramal tanpa ikhlas itu disebut orang yang zalim, meskipun pada lahirnya dia tidak menzalimi siapa.
Intisari kepada ikhlas adalah melakukan sesuatu karena Allah semata, tidak ada kepentingan lain. Kepentingan diri sendiri merupakan musuh ikhlas yang paling utama. Kepentingan diri lahir dari nafsu. Nafsu inginkan kemewahan, kenikmatan, kedudukan, kemuliaan, puji-pujian dan sebagainya. Apa yang lahir dari nafsu itulah yang sering menghambat atau merusak ikhlas.
No comments:
Post a Comment