Saturday, 6 April 2013

Bentuk latihan kerohaniannya diubah dari meminta kepada meminjam. Tuhan bukakan hati orang yang berkemampuan untuk memberinya pinjaman, meskipun pada lahirnya tampak dia tidak akan mampu membayar pinjaman tersebut. Dalam tahap meminta-minta dahulu dia melihat makhluk sebagai sumber rezekinya. Pada tingkat meminjam ini pula dia melihat rezekinya datang dari Tuhan melalui makhluk. Meskipun tangan manusia mengulurkan bantuan kepadanya tetapi dia melihat 'Tangan' Tuhan yang sebenarnya memberi. Dia melalui proses latihan yang demikian beberapa lama. Kemudian bentuk latihan diubah lagi.

Dalam tahap latihan spiritual yang berikutnya dia tidak bisa lagi melihat makhluk sebagai sumber rezeki dan juga tidak bisa mengandalkan Tuhan melalui makhluk. Dia dibawa ke suasana harus mengandalkan Tuhan semata-mata, tidak ada perantara. Pada tahap ini Tuhan putuskan hubungannya dengan makhluk. Orang-orang yang sebelumnya tidak keberatan memberi apa saja yang dia meminta dan meminjam, kini terhalang melakukannya. Tangan makhluk tertahan dari memberinya sesuatu jika dia meminta kepada mereka. Dia hanya bisa meminta kepada Tuhan secara langsung. Jika dia membutuhkan sesuatu, dia hanya perlu menadah tangannya, memohon kepada Tuhan, pasti Tuhan akan kirim apa yang dibutuhkannya itu melalui cara yang Dia pilih. Latihan yang begini membuat hatinya bergantung kepada Tuhan saja, tidak lagi melihat efektivitas makhluk.

Kemudian latihan yang dikenakan kepadanya diubah dalam bentuk lain pula. Dia hanya bisa meminta kepada Tuhan dengan hatinya, dengan berharap penuh kepada Tuhan, tanpa ucapan lisan, tanpa mengangkat tangan. Jika dia meminta dengan lisan atau menadah tangan dia tidak akan memperoleh apa yang dibutuhkannya. Jika dia meletakkan harapan kepada Tuhan di dalam hatinya Tuhan akan memberi. Latihan begini menambahkan kesadaran dan penghayatannya bahwa Tuhan mengetahui yang lahir dan yang batin, yang diucapkan dengan lidah dan yang dibisikkan oleh hati, yang meminta dan yang mengharap. Bertambahlah pengenalannya tentang Tuhan.

Ketika dia sudah mengenal Tuhan secara demikian, dia dibawa ke suasana latihan yang lain pula. Pada tahap ini dia tidak bisa meminta apa-apa, baik secara lisan atau pengharapan dalam hati. Dia tidak bisa lagi berdoa atau menyampaikan hajatnya kepada Tuhan. Jika dia meminta atau berharap, apa yang diminta dan diharapkan itu tidak akan diperoleh. Dia hanya bisa menyerah sepenuhnya kepada Tuhan. Terserah kepada-Nya mau memberi atau tidak dan apa yang ingin diberi-Nya. Dalam suasana yang demikian dia menemukan Tuhan tetap memberikan kebutuhannya meskipun dia tidak meminta dan mengharap. Tuhan tetap memeliharanya dan memberikannya apa yang patut. Pada tahap ini dia mengenal Tuhan al-Karim yang memberi ketika diminta, memberi tanpa diminta, memberi hanya dengan hamba berhajat saja, memberi menurut kebutuhan hamba tanpa hamba meminta atau berharap, memberikan yang lebih baik dari apa yang hamba minta atau harapkan, memberi pada waktu yang sesuai hamba menerimanya dan memberi tanpa batas, tanpa terpengaruh pada permintaan, harapan atau keinginan siapa pun. Allah adalah Tuhan yang melakukan apa yang Dia kehendaki. Pada tahap ini tidak ada lagi keinginan dan hawa nafsu yang mengingkari Tuhan pada si hamba itu. Inilah tingkat kewalian umum. Tahap selanjutnya tergantung kepada tugas khusus yang akan dipikul oleh hamba yang mencapai kewalian umum itu. Dari kalangan wali-wali yang umum itu dipilih dan diberi pelatihan yang lebih khusus untuk menjalankan sesuatu tugas yang Tuhan kehendaki untuk manfaat makhluk-Nya.

No comments:

Post a Comment