Dalam perjalanan takdir seseorang manusia, muncul keinginan diri kepada sesuatu. Bakat-bakat diri digerakkan untuk mendapatkan apa yang diinginkan itu. Biasa terjadi kekuatan bakat diri tidak mampu mendapatkan apa yang diinginkan. Kejadian seperti ini menambahkan kesadaran manusia kepada Pemilik sebenarnya yang berkuasa mengatasi hak yang ada pada pengguna. Dengan demikian pengguna akan rasa bersyukur dalam menggunakan alat yang dipinjamkan kepadanya dan dia juga selalu ingat kepada Pemilik sebenarnya, membutuhkan-Nya dan tunduk kepada keputusan-Nya yang Mutlak. Manusia itu juga sadar bahwa Pemilik sebenarnya bisa mengambil balik apa yang dipinjamkan-Nya kepada hamba-Nya, pada setiap saat yang dikehendaki dan adakah yang menghalangi-Nya.
Terjemahan ke suasana beriman kepada Qada dan Qadar tergantung pada posisi seseorang. Orang yang didudukkan di dalam bidang asbab perlu melihat ke perjuangan, usaha, ikhtiar, doa dan sebagainya dalam melaksanakan tuntutan imannya itu. Orang yang berada dalam bidang tajrid tidak melihat kepada hal-hal yang demikian. Mata hatinya tertutup dari melihat kekuatan dirinya dan bakatnya. Meskipun seseorang itu bermakam pada asbab atau tajrid, pasti ada sesuatu yang terjadi pada dirinya, ada perbuatan, perkataan dan lain-lain. Hal yang terjadi pada anggota asbab adalah serupa dengan yang terjadi pada anggota tajrid. Misalkan, pada anggota asbab ada perbuatan memanjat pohon karena mau memetik buah kelapa. Pada anggota tajrid juga ada perbuatan yang serupa. Ahli asbab melihat perbuatan tersebut sebagai perbuatan dirinya. Dia menggunakan bakat-bakat yang lahir bersama kelahirannya. Ahli tajrid melihat perbuatan tersebut sebagai takdirnya. Takdir yang menggunakan bakat-bakat yang tersimpan pada dirinya. Dengan demikian, orang yang berada dalam bidang asbab secara pikiran dan perasaannya, tidak seharusnya menggunakan argumen anggota tajrid untuk merombak kepercayaan kepada Qada dan Qadar. Ahli tajrid pula tidak seharusnya menyalahkan uraian tentang Qada dan Qadar yang dibuat oleh anggota asbab dengan menggunakan pikiran dan perasaan asbab. Mengetahui posisi masing-masing dapat menghindari perselisihan yang tidak berkesudahan tentang Qada dan Qadar.
No comments:
Post a Comment