Monday, 8 April 2013

HAKIKAT AHMADIAH

Suasana Ilmu Allah diumpamakan berada dalam Ka'abatullah. Orang yang berada di dalam kota tidak dapat menyaksikan apa yang ada di luar kota. Kota menghalangi hubungan orang yang berada di dalam dengan orang yang berada di luar. Dalam perjalanan spiritual kota yang menghijab adalah kesadaran yang menguasai hati. Hati yang terbungkus dan terikat oleh suasana kebatinan yang menguasainya. Hati yang 'terkurung' di dalam suasana Ilmu tidak dapat dicampur aduk dengan orang banyak.

Suasana kenyataan yang dialami oleh hati memberi efek yang sangat mendalam. Itu tidak hilang dengan segera meskipun terjadi perubahan stasiun dan makam. Ketika "dinding Kaabatullah terbuka" si hamba keluar dari kesadaran Ilmu dan masuk ke kesadaran rohani yang belum terikat dengan jasad. Pada awal tahap ini dampak dari 'pertemuan' dengan fakta-fakta masih mempengaruhi kesadarannya. Pengaruh atau dampak dari fakta-fakta tersebut membawa ke dalam kesadarannya penyaksian terhadap Hakikat Ahmadiah. Hatinya menyaksikan bahwa Ahmad adalah suasana roh yang paling latif, paling suci dan paling murni. Ahmad adalah nama bagi roh yang memiliki kesempurnaan makrifat, kesempurnaan ilmu dan kesempurnaan kehambaan. Ahmad atau roh yang paling latif itu menjadi roh kepada Nabi Muhammad saw

Dan ingatlah tatkala mengatakan Isa anak Maryam: "Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku ini adalah Utusan Allah kepada kamu, membenarkan apa yang ada di antara kedua tanganku dari Taurat dan memberikan berita gembira dengan kedatangan seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya AHMAD ! "Maka tatkala dia telah datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang nyata , mereka berkata, "Ini adalah sihir yang nyata". (Ayat 6: Surah As-Saff)
Sebelum Nabi Muhammad saw lahir ke dunia beliau disaksikan di Alam Arwah sebagai Ahmad. Sesudah beliau lahir beliau bernama Muhammad dan juga bergelar Ahmad. Dalam kesadaran tingkat Ilmu, si hamba merasakan kehadiran Hakikat Muhammadiah, Hakikat Insan Kamil dan hakikat hamba Tuhan. Dia melihat Fakta-fakta tersebut sebagai urusan Tuhan yang menguasai perjalanan sekalian makhluk. Dalam kesadaran rohani pula si hamba merasakan kehadiran Fakta Ahmadiah dan dia menyaksikan bahwa roh yang paling latif itulah generator segala urusan Tuhan kepada makhluk.

Dan mereka bertanya kepada engkau tentang Roh. Katakanlah: "Roh itu adalah urusan Tuhanku, dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit". (Ayat 85: Surah Bani Israil)

(Ingatlah) tatkala Tuhan engkau berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila Aku menyempurnakankejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya dari Roh-Ku harus kamu meniarap kepadanya dalam keadaan sujud ". (Ayat 71 & 72: Surah Saad)
Selanjutnya Allah berfirman:

Maha Luhur derajat-Nya, Yang Empunya Arasy. Dia turunkan Roh dari urusan-Nya kepada barangsiapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya untuk memberi peringatan tentang hari pertemuan . (Ayat 15: Surah al-Mu'min)
Selanjutnya Allah berfirman:

Dan demikianlah Kami wahyukan kepada engkau satu Roh dari urusan Kami. Padahal tidaklah engkau tahu apa itu Kitab dan apa itu iman. Tetapi Kami jadikan ia nur yang Kami beri petunjuk dengan itu barangsiapa yang kami kehendaki dari hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau akan memimpin ke jalan yang lurus. (Yaitu) jalan Allah, yang milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ketahuilah! Kepada Allah akan sampai segala urusan. (Ayat 52 & 53: Surah asy-Syura)
Keberadaan roh yang paling latif itu menyebabkan manusia memiliki bakat dan nilai kemanusiaan; manusia menjadi hidup, berkuasa, berkehendak, mengetahui, mendengar, melihat dan berkata-kata. Tanpa keberadaan roh yang paling latif atau Ahmad sebagai katalis atau hijab, apa yang dari Tuhan tidak dapat diterima oleh makhluk. Makhluk yang selain roh yang paling latif itu tidak ada kekuatan untuk menyambut apa yang Tuhan 'kirim' dari Hadrat-Nya.

No comments:

Post a Comment