Sunday, 7 April 2013

Majzub jenis pertama hidup terus menerus sebagai orang MAJZUB, tidak kembali lagi ke kehidupan manusia biasa. makrifat mereka berdasarkan pengalaman spiritual mereka. Pengalaman mereka hanya untuk diri mereka saja, bukan untuk orang lain. Tanpa manifestasi ilmu (terbuka pengetahuan tentang pengalaman yang dilalui) mereka tidak bisa disebut orang arif dan mereka tidak dibolehkan menjadi pembimbing orang yang di dalam kesadaran biasa.

Majzub jenis ke dua melalui stasiun-stasiun spiritual dan mencapai berbagai makam dalam tempuh yang singkat. Kelompok ini biasanya memasuki jazbah tanpa persiapan dari segi ilmu dan juga mereka tidak memiliki guru. Setelah mengalami jazbah mereka kembali ke kesadaran biasa. Akal sehat dan kemanusiaan dikembalikan. Mereka merasa sulit untuk menguraikan pengalaman spiritual yang telah mereka lalui. Ketika di dalam zauk pengetahuan tidak penting, tetapi bila kembali sadar akal pikiran membutuhkan pemahaman. Dari sini orang MAJZUB yang kembali sadar itu digerakkan untuk meneliti, mengambil iktibar dan bertanya kepada orang-orang yang arif. Kondisi mereka adalah umpama orang yang bermimpi pada malam hari dan termenung pada siangnya untuk mengingat apa yang dimimpikan dan apa pula maksud mimpi tersebut. Proses memahami dan menyusun perjalanan spiritual jauh lebih lambat dari proses pengalaman spiritual itu sendiri. Pengalaman spiritual yang dilalui dalam tempuh dua bulan mungkin mengambil masa lebih dari lima tahun untuk memahaminya dengan jelas dan menyusunnya secara rinci. Kelambatan proses ini juga disebabkan oleh efek jazbah yang sulit hilang dari kesadaran seseorang. Kebenaran yang ditemukan melalui akal pikiran akan bervariasi berdasarkan tingkat efek jazbah yang sudah hilang dari mereka. Ketika mereka bebas sepenuhnya dari dampak jazbah, mereka akan temui Kebenaran Hakiki yang sesuai dengan al-Quran dan as-Sunah. Meskipun mereka mengalami kenyataan tetapi tanpa kematangan ilmu tentang pengalaman tersebut, mereka tidak layak disebut orang arif. Ilmu mereka benar-benar matang setelah mereka kembali kepada al-Quran dan as-Sunah.

Majzub jenis ke tiga biasanya terdiri dari mereka yang memiliki pasokan ilmu yang memadai. Kelompok ini memasuki jalan spiritual secara berhati-hati dan diselubungi oleh keraguan. Mereka membutuhkan waktu untuk menyelaraskan pengalaman yang dilalui dengan pengetahuan yang sudah ada. Apa yang diketahui sebelum mendapat jazbah berbeda dari apa yang diketahui sesudah mendapat jazbah. Kedua pengetahuan yang tampak berbeda itu kemudian dapat dipastikan bahwa perbedaan terjadi pada sudut pandang sedangkan kebenarannya tidak berbeda. Pengalaman mengsahkan apa yang sudah diketahui. Bila kedua jenis pengetahuan itu bersepakat keraguan mereka pun hilang. Pengetahuan yang lahir dari cantuman dua sudut itu meneguhkan keyakinan.

Majzub jenis ke empat memasuki bidang suluk terlebih dahulu. Ketika menjalani suluk itulah mereka memperoleh jazbah. Tempuh mendapatkan jazbah beragam di antara seorang salik dengan salik yang lain. Ada yang cepat dan ada yang lambat. Tidak kurang juga yang langsung tidak mendapat jazbah. Salik yang tidak mendapat jazbah atau lambat memperolehnya tidak seharusnya merasa kecewa. Jazbah bukanlah tujuan suluk. Kebaikan bagi orang yang menjalani jalan spiritual adalah menjaga makam mereka. Jangan meminta makam yang lebih tinggi atau lebih rendah. Intisari bagi perjalanan spiritual adalah kesabaran dalam menjalankan perintah Allah dan kesabaran menanggung takdir-Nya. Salik hanya perlu menjaga takdir yang mereka berada di dalamnya. Sabar mengontrol diri dan tidak beradu dengan takdir merupakan keberhasilan yang besar bagi salik, sekalipun mereka tidak mendapat jazbah. Lanjutkan tegak berdiri karena Allah, demi Wajah-Nya semata-mata bukan karena ada kebutuhan. Salik jenis ini dibawa ke ikhlas tanpa melalui jazbah. Ikhlas dan benar dengan Allah merupakan tujuan perjalanan spiritual, baik melalui jazbah atau secara sadar. Salik yang menetap dalam kesadaran beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan ikhlas. Mereka beriman kepada kata al-Quran dan Hadis dengan ikhlas tanpa memasuki bidang fakta. Bagi salik yang mengalami jazbah pula berdampingan dengan guru menjadi syarat penting. Mereka perlu merujuk kepada guru mereka semua pengalaman spiritual yang mereka lalui saat jaga maupun secara mimpi. Salik jangan mudah membuat penafsiran sendiri tentang sesuatu hal.

No comments:

Post a Comment