Monday, 15 April 2013

Apa yang dilihat dan dipahami oleh orang yang telah mata hatinya terbuka, tentu beda dengan apa yang dilihat dan dipahami oleh orang yang mata hatinya tertutup,

Sebagaimana apa yang dilihat dan dipahami oleh orang yang melek, tentu beda dengan apa yang dilihat dan dipahami oleh orang buta, orang melek melihat gajah, dia akan bisa menggambarkan dengan sejelas jelasnya apa rupa gajah, bagaimana bentuknya berapa besarnya dan apa saja yang dimiliki gajah dengan kelengkapan penjelasan, tapi seorang yang melek, ketika ketemu dengan orang buta, maka orang melek ditanya dan disuruh menggambarkan oleh orang buta, maka sama sekali orang melek itu tidak bisa menyebutkan gambaran gajah dengan sebenarnya, hanya bisa menjelaskan kepada orang buta dengan berbagai isyarat atau amsal, percontohan, jadi tidak bisa mengatakan gajah itu bentuknya besar, kulitnya tebal mungkin akan lebih memahamkan, gajah itu besarnya sebesar tubuhmu cuma sepuluh kali lipat dari tubuhmu, sehingga si buta akan membuat bayangan tubuhnya sendiri dan mengalikan dengan 10 kali lipat, juga jika mengatakan gajah punya belalai, orang buta tak akan paham, maka perlu dijelaskan dengan ibarat, gajah punya sesuatu di wajahnya namanya belalai, bentuknya kayak tanganmu, cuma ada lubangnya di dalamnya. jadi segala penjelasan memerlukan contoh dan amsal.

Sama ketika seorang yang mata hatinya terbuka, mau menjelaskan pada orang yang mata hatinya tertutup, penjelasan itu membutuhkan amsal, percontohan agar yang diajak bicara menjadi paham, karena apa yang dilihat mata hati itu tidak ada dilihat bentuknya di mata lahir.

Makanya kenapa Nabi menggambarkan penglihatan pada gambaran dunia itu dengan perumpamaan nenek nenek yang suka bersoleh, dan di tubuhnya dipenuhi perhiasan.

No comments:

Post a Comment