Thursday, 18 April 2013

Amal lahiriah digambarkan sebagai batang tubuh dan ikhlas pula digambarkan sebagai nyawa yang menghidupkan batang tubuh itu. Jika kita kurang mendapat kesan yang baik dari latihan spiritual harus kita merenung dengan mendalam tubuh amal apakah ia bernyawa atau tidak.

Tak salah memang kalau ada orang yang mengatakan yang penting hatinya, yaitu tempat ikhlas itu bersemayam, atau orang mengatakan motor itu yang penting mesinnya, itu juga tidak salah, tapi juga mesin tanpa onderdil pelengkap, maka mesin juga tidak jalan, sama saja jika motor tanpa mesin, maka motor hanya didorong saja, tentu membuat payah orang yang memiliki, sama amal yang di dalamnya tidak disertai keikhlasan maka hanya isinya payah, lelah, dan tidak memetik apa apa selain payah.

Lebih tepat jika dikatakan ikhlas sebagai suasana hati dan hal sebagai Nur Ilahi yang menyinari hati yang ikhlas. Ikhlas menjadi persiapan yang penting bagi hati menyambut kedatangan sinar Nur Ilahi. Ketika Allah swt berkehendak memperkenalkan Diri-Nya kepada hamba-Nya maka dipancarkan Nur-Nya kepada hati hamba tersebut. Nur pengiriman gelombang ke hati ini bernama Nur Sir atau Nur Rahasia Allah Hati yang diterangi oleh nur akan merasakan hal ketuhanan atau mendapat tanda-tanda tentang Tuhan. Setelah mendapat pertandaan dari Tuhan maka hati pun mengenal Tuhan. Hati yang memiliki sifat begini dikatakan hati yang memiliki ikhlas tingkat tertinggi. Tuhan berfirman untuk menggambarkan ikhlas dan hubungannya dengan makrifat:

Dan sebenarnya perempuan itu telah berkeinginan sangat kepadanya, dan Yusuf (mungkin timbul) keinginannya kepada perempuan itu kalau ia tidak menyadari kenyataan Tuhannya (tentang kejinya perbuatan zina itu). Demikianlah (takdir Kami), untuk menjauhkan dari Yusuf hal-hal yang tidak baik dan perbuatan yang keji, karena sesungguhnya ia dari hamba-hamba Kami yang dibersihkan dari segala dosa. (Ayat 24: Surah Yusuf)
Nabi Yusuf as adalah hamba Allah yang ikhlas. Hamba yang ikhlas berada dalam pemeliharaan Allah swt Bila dia dirangsang untuk melakukan kejahatan dan kekotoran, Nur Rahasia Allah swt akan memancar di dalam hatinya sehingga dia menyaksikan dengan jelas akan tanda-tanda Allah dan sekaligus meleburkan rangsangan jahat tadi. Inilah tingkat ikhlas yang tertinggi yang dimiliki oleh orang arif dan hampir dengan Allah swt Mata hatinya senantiasa memandang kepada Allah swt, tidak pada dirinya dan perbuatannya. Orang yang berada di dalam makam ikhlas yang tertinggi ini selalu dalam ridha Allah baik saat beramal atau saat diam. Allah sendiri yang memeliharanya. Allah mengajarkan agar hamba-Nya berhubungan dengan-Nya dalam kondisi ikhlas.

Dia Yang Hidup; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan amal agama kamu kepada-Nya semata-mata. Segala puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan Pemelihara sekalian alam. ( Ayat 65: Surah al-Mu'min)
Allah jua Yang Hidup. Dia yang memiliki segala kehidupan. Dia-lah Tuhan sekalian alam. Apa saja yang ada di alam ini adalah ciptaan-Nya. Apa saja yang hidup adalah diperhidupkan oleh-Nya. Jalan dari Allah SWT adalah nikmat dan karunia sementara jalan dari hamba kepada-Nya pula adalah ikhlas. Hamba dituntut untuk mengikhlaskan segala aspek kehidupan untuk-Nya. Dalam melaksanakan tuntutan memurnikan kehidupan untuk Allah ini hamba tidak bisa merasa takut dan gentar kepada sesama makhluk.

Jadi maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya (dan menjauhi bawaan syirik), sekalipun orang-orang kafir tidak menyukai (yang demikian). (Ayat 14: Surah al-Mu'min)
Allah swt telah menetapkan kode etik kehidupan yang harus dijunjung, dihayati, diamalkan, disebarluaskan dan diperjuangkan oleh kaum muslimin dengan sepenuh jiwa raga dalam kondisi ikhlas karena Allah swt, meskipun ada orang-orang yang tidak suka, orang-orang yang menghina, orang-orang yang membangkang dan mengadakan perlawanan. Keikhlasan yang diperjuangkan dalam kehidupan dunia ini akan dibawa bersama ketika menemukan Tuhan kelak.

Katakanlah: "Tuhanku menyuruh berlaku adil (pada segala hal), dan (menyuruh supaya kamu) menghadapkan (dan hati) kamu (kepada Allah) dengan benar pada setiap kali mengerjakan shalat, dan bertasbihlah dengan mengikhlaskan amal agama kepada-Nya semata -mata; (karena) sebagaimana Ia telah membuat kamu pada awalnya, (demikian pula) kamu akan kembali (kepada-Nya) ". (Ayat 29: Surah al-A'raaf)

No comments:

Post a Comment