Tuesday, 16 April 2013

Ketika seorang hamba sudah dimabuk cinta kepada Allah, dan dalam menjalankan segala gerak hidup ada muatan ibadah di dalamnya, seperti seorang yang punya pacar, segala gerak hidup adalah untuk pacarnya, dari menata rambut sampai mandi dan tidur juga terjaga sampai memakai pakaian, semua dilakukan untuk menyenangkan kekasihnya,

Sama ketika seseorang dipenuhi hatinya oleh rasa mahabbah, apa juga yang dilakukan hanya untuk menyenangkan Allah, segala gerak dalam diri semua bermuatan ibadah, pengabdian kepada pacar yaitu Allah, walau dalam ibadah dan laku amaliyah sudah karena harapan mendapat cinta dari sang pacar, itu setidaknya sudah meningkat di tingkat yang lebih tinggi dalam ubudiya, makanya kemudian apa yang diucapkan sekalipun semuanya berdasarkan cinta Allah, secara lahiriyah orang seperti ini tidak bisa di jadikan hujjah atau panutan ucapannya secara menyeluruh, karena apa yang ucapkan belum tentu ada manfaatnya untuk orang yang ada di tingkatan abidin,

Sebab kata dan petuahnya cenderung pada memerintah seseorang agar cinta pada Allah, dan membenci seseorang yang bermaksiat kepada Allah, sehingga diharapkan untuk menjadi petunjuk bagi orang lain akan jauh dari mengakibatkan kemanfaatan, sebab segala aspek masuk dihubungkan dengan kecintaan dan kerinduannya, makanya orang yang masuk pada tingkatan muhibbin akan masih cenderung melihat amalnya sendiri,

Sebagaimana orang yang jatuh cinta pada seseorang dinasehati juga percuma, pintu dikunci, juga akan lompat jendela, jadi ketika seseorang jatuh cinta pada Allah maka tidak bisa diajak masuk ke ruang logika orang kebanyakan, sebab dia lebih tenggelam dalam logikanya sensdiri,

Dan saat itu Allah yang akan membimbingnya, kekasih yang akan mengarahkannya, menunjukkan rasa cinta dengan menunjukkan berbagai terbukanya aneka hijab sehingga hamba paham akan segala sifat dan perbuatan Allah, dan tenggelam dalam binbingan Allah sampai menembusi berbagai pintu demi pintu penghijab antara hamba dengan Allah, sampai hamba mengenal Allah dengan pengetahuan yang dikuatkan oleh Allah dengan terbukanya mata bathin hamba, sehingga hamba meningkat pada makrifatulloh dengan kaffah dan sempurna, sehingga ketika kembali pada kesadaran diri, hamba bisa menjadi petunjuk bagi orang lain yang ingin mendekatkan diri pada Allah.

Semua kejadian dari proses perjalanan dari seorang yang tak tau apa apa sampai kemudian menapaki maqom maqom kedudukan itu membutuhkan proses yang panjang, seiring perkembangan usia dan perjalanan diri dan yang penting dengan cara yang benar yang diwariskan nabi SAW, waris yang terjaga dari guru kepada guru sampai ke kita sambungannya tak putus, menjadikan ilmu itu bersih murni dari kekotoran pendapat perorangan yang kadang kala masih mementingkan kepentingan nafsunya dalam menyampaikan ilmu, makanya tidak semua orang bisa dijadikan petunjuk dan acuan dan dari dulu, paralon besar penyambung sanad dari Nabi hanya satu. dan paralon penyambung sanad yang lain hanya dijadikan badal atau ganti.

Siapa yang menerima kemurnian ilmu dan amal yang terjaga oleh para guru, yang kemudian tak butuh lagi membuat filter dan menghabiskan berbagai penyakit seperti orang yang mengambil air dari sembarang sungai dan got tepi jalan.

No comments:

Post a Comment