Wednesday, 1 May 2013

Bayangkan hati itu berupa dan berbentuk seperti rupa dan bentuk kita yang lahir. Hati yang khusyuk adalah umpama orang yang menghadap Allah dengan mukanya, duduk dengan tertib, berbicara dengan sopan santun dan tidak berani mengangkat kepala di hadapan Kaisar Yang Maha Agung. Hati yang lalai itu adalah umpama orang yang menghadap dengan belakangnya, duduk secara biadab, bertutur kata tidak tentu ujung pangkal dan perilakunya sangat tidak sopan. Perbuatan demikian adalah satu penghinaan terhadap martabat ketuhanan Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Jika raja di dunia murka dengan perbuatan demikian maka Raja kepada sekalian raja-raja lebih berhak melemparkan kemurkaan-Nya kepada hamba yang biadab itu dan layaklah jika si hamba yang demikian dicampakkan ke dalam neraka wil. Hanya hamba yang khusyuk, yang tahu sopan di hadapan Tuhannya dan mengagungkan Tuhannya yang layak masuk ke Hadrat-Nya, sementara hamba yang lalai, tidak tahu bersopan santun tidak layak mendekati-Nya.

Sebagaimana seseorang yang ingin menghadap seorang presiden atau raja dunia, bukan hanya seseorang itu menata tata kramanya ketika saat menghadap raja saja, tapi sudah dari rumah, dari kamar mandi saat membersihkan diri manusia itu sudah mempersiapkan dirinya, dari memakai sabun mandi saat mandi sampai memakai pakaian yang paling pantas, semua dipersiapkan dengan sempurna, sampai jikalau marah pun, marah harus dikesampingkan, jika diri kok dengan muka merah dan wajah beringas ketika ingin menghadap presiden, apalagi sambil menenteng golok, ya untung kalau masih ditangkap dengan diringkus, kalau sampai diri kemudian ditembak di tempat kan tidak bisa bangun lagi.

Ketika diri menghadap Allah, lahir batin kita haruslah tak lalai, batin yang kotor, harus dimandikan dan dibersihkan, persiapan dalam menghadap bukan saja dilakukan saat menghadap saja, tapi selalu di persiapkan di setiap waktu dan kesempatan, karena Allah itu setiap waktu melihat pada hati sanubari kita, bagaimana kita bisa lalai dalam hati berhenti menyebutnya, sementara kamera pengintainya Allah terus menerus memandang kita di setiap gerak atau berhenti dan di setiap denyut nadi, dan perubahan hati.

No comments:

Post a Comment