Manusia yang telah memperoleh keinsafan dan hatinya sudah berangsur bersih, dia akan cenderung untuk mencari kesempurnaan. Seperti seseorang yang berkaca di kaca yang buram, lantas dia membersihkan kacanya, dan ternyata setelah dia membersihkan kaca dia jadi tahu ada bopeng bopeng di wajahnya ketika bercermin di kaca yang mulai bersih, maka dia ingin apa yang dilihatnya kotor, atau hidung yang sebelumnya tak terlihat, ee setelah terlihat di cermin ternyata pesek, mata yang sebelumnya tak terlihat, ee setelah terlihat ternyata mata satu juling ke kiri, mata yang lain juling ke kanan, sehingga dia berusaha memperbaiki aib dan ketidak benaran dari apa yang dilihat.
Sama juga Dia sangat ingin untuk melihat syariat Allah menjadi yang termulia di atas muka bumi ini. Dia sangat ingin melihat umat Nabi Muhammad saw menjadi pemimpin kepada sekalian umat manusia. Dia ingin melihat semua umat manusia hidup rukun damai Dia inginkan segala yang baik-baik dan bersedia berkorban untuk mendatangkan kebaikan bagi dunia. Dia tak rela segala kemaksiatan itu menghisi bumi, dia tak rela bumi dihuni orang orang kafir, dia ingin bumi ini ada tempat orang yang beriman saja, Begitulah sebagian dari keinginan yang lahir di dalam hati orang yang hatinya sudah berangsur bersih. Tetapi, apa yang terjadi adalah kebalikan dari apa yang menjadi keinginan si hamba Allah yang insaf itu. Huru hara terjadi dimana-mana. Pembunuhan terjadi di sana sini. Umat Islam ditindas di merata tempat. Tirani dan ketidak-adilan terjadi dengan leluasa. Seruan kepada kebaikan diabaikan. Ajakan kepada perdamaian tidak dipedulikan. Perbuatan maksiat terus juga dilakukan tanpa segan-segan. Orang kafir makmur hidupnya, orang islam di mana tempat tak mendapat haknya. seakan keadilan bukan hak bagi orang yang benar.
Si hamba tadi melihat kekeruhan yang terjadi di dalam dunia dan merasakan seperti mata tombak menikam ke dalam hatinya. Hatinya merintih, "Agama-Mu dipermainkan, di mana pembelaan dari-Mu wahai Tuhan! Umat Islam ditindas, di manakah pertolongan-Mu ya Tuhan! Seruan kepada jalanMu tidak disambut, apakah Engkau hanya berdiam diri wahai Tuhan! Manusia melakukan kejahatan, kemaksiatan dan kemunkaran, apakah Engkau hanya membiarkan wahai Tuhan? "Beginilah kondisi hati orang yang merasa heran melihat kekeruhan kehidupan dunia ini dan dia tidak berkuasa menjernihkannya. Allah menjawab keluhan hamba-Nya dengan firmanNya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi". Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): "Apakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (-bunuhan), padahal kami selalu bertasbih memuji-Mu dan mensucikan-Mu ?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak mengetahuinya". (Ayat 30: Surah al-Baqarah)
Para malaikat sudah dapat membayangkan tentang kehidupan dunia yang akan dijalani oleh makhluk berbangsa manusia sebelum lagi manusia pertama diciptakan. Sifat dunia yang dinyatakan oleh malaikat adalah kekacauan dan pertumpahan darah. Dunia adalah ibu sementara kekacauan dan pertumpahan darah adalah anaknya. Ibu tidak melahirkan kecuali anak dari jenisnya juga. Kelahiran kekacauan, peperangan, pembunuhan dan sebagainya di dalam dunia adalah sesuatu yang seharusnya terjadi di dalam dunia, maka tidak perlu dihairankan. Jika ada kedamaian dan harmoni di sana sini di dalam dunia, itu adalah sagu-hati atau kelahiran yang tidak sesuai sifat ibunya. Selanjutnya Allah swt menceritakan tentang dunia:
Allah berfirman, "Turunlah kamu semuanya, dengan sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan juga diberi kesenangan sampai suatu ketika (mati)". (Ayat 24: Surah al-A ' raaf)
Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di situ juga kamu mati, dan dari itu pula kamu akan dikeluarkan (dibangkitkan kembali pada hari kiamat)". (Ayat 25: Surah al-A'raaf)
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati, dan bahwasanya pada hari kiamat sajalah akan disempurnakan balasan kamu. Ketika itu orang yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga maka sesungguhnya ia telah berhasil. Dan (ingatlah bahwa) kehidupan di dunia ini (meliputi segala kemewahannya dan pangkat kebesarannya) tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya. (Ayat 185: Surah a-li 'Imraan)
Balasan sempuna atas amal perbuatan itu bukan di bumi ini, dan balasan itu di kaherat, makanya kenapa seakan bumi ini hanya sedikit saja di rasakan balasan dari amal, sebab di bumi ini tak akan bisa menampung balasan dari amal yang ikhlas, sehingga membutuhkan tempat yang lebih luas dan suasana yang lebih indahnya sempurna yaitu surga dan anugerah yang tak terkira.
No comments:
Post a Comment