Saturday, 4 May 2013

Dalam perjalanan menuju Allah swt ada sebagian orang yang tertinggal di belakang meskipun mereka sudah melakukan amal yang sama seperti yang dilakukan oleh orang lain yang lebih maju. Satu hambatan yang membatasi golongan yang tertinggal itu adalah kebodohannya yang tidak mau tunduk kepada ketentuan Allah swt. Dia masih dipermainkan oleh nafsu dan akal yang menghijab hatinya dari melihat Allah pada apa yang dilihat. Pandangannya hanya tertuju kepada alam benda dan hal lahiriah saja. Dia melihat kepada efektivitas hukum sebab-musabab dan menempatkan ketergantungan pada amalnya. Dia yakin yang dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan melalui usahanya.

Kebodohan seseorang itu paling sulit dihilangkan adalah merasa diri pintar, makanya hijab paling tebal untuk mengenal Allah adalah ilmu yang ada di dalam diri seseorang, andai orang itu nyadar dan sadar pikiran dan otaknya berfikir realistik, dan ada iman di dalam hati, seharusnya paling tidak timbul pemikiran dalam hatinya, kenapa Nabi SAW di utus dalam keadaan sebagai nabi yang ummi, nabi yang tak bisa baca dan tak bisa menulis, ndak jebolan kuliah di UI, UGM atau universitas manapun, karena ilmu tertinggi itu berhubungan dengan wahyu, ilham, dan itu hanya bisa diperoleh kalau seseorang itu mau melepaskan diri dari ketergantungan pada selain Allah, tak ada yang selain Allah yang bisa dan sanggup menyeret seseorang menjadi dekat dengan Allah, sebab Allah itu ndak bisa disogok dengan apapun yang Dia sendiri mampu membuat apapun, tak bisa disogok dengan uang atau ditawari jabatan jadi lurah, atau diiming-imingi ibadah, amal, jika orang berpkiran seperti itu, dan merasa ilmu dan akalnya bisa mendekatkan diri pada Allah, maka orang itu tandanya akan mandek atau seperti tikus yang berlari mengitari putaran, dikira sudah jauh dan lama berlari, padahal sama sekali tak kemana mana. Ketergantungan pada logika dan keilmuannya telah membuatnya terhijab dari Allah. Hijab itu makin tebal setebal keinginan dan logika serta pengetahuannya.

Ketika rohani orang lain telah maju di dalam menuju Allah swt dia masih juga berputar di dalam kesamaran dan keraguan. Nafsunya tetap melahirkan keinginan-keinginan. Keinginan diri sendiri menjadi rantai yang mengikat kaki dari berjalan menuju Allah. Bagaimana bisa seseorang mendekati Allah jika dia enggan menjadikan Allah sebagai Manajer semua aspek kehidupannya. Walau para hamba rela atau membantah, Allah tetap melaksanakan ketentuan-Nya. Allah melaksanakan kehendak-Nya pada setiap saat dan tidak ada siapapun yang dapat menghalangi-Nya.

Setiap waktu Ia (Allah) di dalam urusan (menciptakan dan memelihara makhluk-makhluk-Nya).
(Ayat 29: Surah ar-Rahman)

Manusia harus bisa melepaskan merasa apa yang dilakukannya itu bisa mendekatkan diri dengan Allah.... (sebaiknya membaca ini dengan perenungan) harus menekankan keyakinan, yang bisa menjadikan diri dekat dengan Allah itu hanya Allah sendiri, Allah yang kuasa itu, dan tak ada yang lain mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk menjadikan kita bisa dekat dengan Allah, makanya kenapa kita menjalankan dzikir secara di waktu, dengan hitungan yang baku, dengan istiqomah yang pasti, juga menjalankan puasa, dan aneka amalan yang lain, sedekah dan taubat, maksudnya yaitu agar kita dekat dengan Allah, dan Allah akan menyeret kita dekat dengannya, kita dekat dengan berjalan, Allah umpamanya akan makin dekat dengan kita dengan berlari. Jadi segala amaliyah yang dilakukan itu hanya menunjukkan ketundukan kita pada perintah Allah artinya pasrah pada pengaturanNya. Semakin seseorang itu berserah diri maka makin seseorang itu dekat sama Allah. Yang paling bertawakal lah yang paling dekat.

Seperti perempuan yang pasrah dengan lelaki, yang paling pasrahlah yang paling dekat. Ada tetanggaku seorang perempuan dan anaknya yang diurusi polisi semua pakaian dan sandang pangannya, karena dia pasrah pada polisi itu, ya karena polisi itu adalah suaminya. waman yatawakal 'alallohi fahuwwa khasbuhu. siapa yang berserah diri pada Allah maka Allah juga yang akan mengurusi urusannya.

No comments:

Post a Comment