Orang yang menyadari harta kekayaannya adalah karunia Allah SWT, maka harta kekayaan itu menjadi ujian baginya. Orang yang tidak menyadarinya pula, maka harta kekayaan itu menjadi alat istidraj yang akan membebaninya kelak. Baik tes maupun istidraj, orang yang memikul harta sebenarnya memikul beban yang sangat berat. Golongan yang menghadapi hisab yang paling halus di akhirat kelak adalah mereka yang di dunia memikul harta.
Meskipun memikul properti merupakan beban yang berat tetapi sebagian kaum muslimin harus mengambil tugas tersebut sebagaimana sebagian kaum muslimin yang mengambil bidang jihad fi-sabilillah dan mati syahid di medan perang. Dari kalangan nabi-nabi juga ada yang memikul tugas yang berhubungan dengan harta, misalnya Nabi Yusuf as, Nabi Sulaiman as dan Nabi Daud as Al-Quran menceritakan tentang Nabi Yusuf as:
Dia (Yusuf) berkata: "Jadikanlah aku manajer perbendaharaan hasil bumi (Mesir), sesungguhnya aku sudah menjaganya dengan sebaik-baiknya, lagi mengetahui cara mentadbirkannya". (Ayat 55: Surah Yusuf)
Nabi Yusuf as mengetahui sifat dirinya dan kemampuan yang ada dengannya. Beliau as telah menjalani kehidupan yang membuat harta tidak sedikit pun menguasai hatinya. Beliau as juga mengetahui kemampuan mengelola harta yang Allah berikan kepadanya. Demi kebaikan orang banyak Nabi Yusuf as menawarkan dirinya kepada raja untuk memegang posisi manajer harta kekayaan pemerintah Mesir. Raja setuju dengan permintaan Nabi Yusuf as itu dan beliau as membuktikan kewibawaan dan kebijaksanaan beliau as dalam bidang tersebut.
Sulaiman juga mengelola kekayaan dan kekuasaan. Beliau as memiliki sifat-sifat yang terpuji. Allah memanggil hamba-Nya, Sulaiman as, sebagai sebaik-baik hamba. Nabi Yusuf as dan Nabi Sulaiman as mengelola kekayaan dan kekuasaan atas dasar kehambaan kepada Allah swt.
Dan Kami telah karuniakan kepada Daud (seorang anak bernama) Sulaiman; ia adalah sebaik-baik hamba (yang kuat beribadat), lagi selalu rujuk kembali (bertaubat). (Ayat 30: Surah Saad)
Nabi Sulaiman as bermohon kepada Allah SWT agar diberikan kepada beliau as pemerintah yang besar. Kedua mereka, Nabi Yusuf as dan Nabi Sulaiman as, meminta untuk mengelola bidang tersebut. Ternyata bahwa orang yang dapat mengelola dengan adil bidang tersebut adalah orang yang benar-benar mengenali dirinya, memiliki keyakinan yang teguh, hati yang bulat dan sifat kehambaan yang sebenarnya kepada Allah swt
Dia (Sulaiman) berkata: "Wahai Tuhanku! Ampunilah kesilapanku, dan karuniakanlah kepadaku sebuah negara (yang tidak ada taranya dan) yang tidak akan ada pada siapapun kemudian daripadaku; sesungguhnya Engkaulah yang selalu Melimpah Kurnia-Nya." (Ayat 35: Surah Saad)
Siapapun yang ditakdirkan mengelola bidang kekayaan dan kekuasaan perlu menjalankan amanah Allah itu atas dasar kehambaan kepada-Nya dengan sebaik mungkin.
No comments:
Post a Comment