Wednesday, 1 May 2013

Dosa-dosa yang belum ditebus dengan taubat. Mencegah seseorang dari memahami rahasia-rahasia yang halus-halus. Orang yang membersihkan hati tanpa adanya taubat itu umpama orang yang menggosok cermin tapi tak mau menghilangkan kerak yang kemaren, sekalipun cermin itu bersih dari embun dan kabut, tetap saja cermin melekat aneka kotoran yang mengerak, jika orang berkaca maka kotoran halus di wajah tak bisa dilihat dengan jelas, jangankan komedo, jerawat pun tak bisa dilihat dengan jelas.

Pintu ke Perbendaharaan Allah yang tersembunyi adalah taubat! Orang yang telah menyuci-bersihkan hatinya hanya mampu berdiri di luar pintu Rahasia Allah selama dia belum bertobat, samalah seperti orang yang mati syahid yang belum melunasi utangnya terpaksa menunggu di luar surga. Jika dia ingin masuk ke dalam Perbendaharaan Allah yang tersembunyi yang mengandung rahasia yang halus-halus wajiblah bertaubat. Taubat itu sendiri merupakan rahasia yang halus. Orang yang tidak memahami rahasia taubat tidak akan mengerti mengapa Rasulullah saw yang tidak pernah melakukan dosa masih juga memohon keampunan sedangkan sekalipun baginda saw berdosa semuanya diampunkan Allah swt. Apakah Rasulullah saw tidak yakin bahwa Allah mengampuni semua dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan beliau ( jika ada)?

Maksud taubat adalah kembali, yaitu kembali kepada Allah swt. Orang yang melakukan dosa tercampak jauh dari Allah swt. Meskipun orang ini sudah berhenti melakukan dosa malah dia sudah melakukan amal ibadat dengan banyaknya namun, tanpa taubat dia tetap tinggal berjauhan dari Allah swt. Dia telah masuk ke dalam golongan hamba yang melakukan amal salih tetapi yang berjauhan bukan dekat dengan Allah swt Taubat yang lebih halus adalah pengayatan kalimat:

Tidak daya dan upaya melainkan anugerah Allah swt.

Kami datang dari Allah dan kepada Allah kami kembali.

Segala sesuatu datangnya dari Allah swt, baik persyaratan maupun perbuatan kita. Sumber yang mendatangkan segala sesuatu adalah Uluhiyah (Tuhan) dan yang menerimanya adalah ubudiyah (hamba). Apa saja yang dari Uluhiyah adalah sempurna dan apa saja yang terbit dari ubudiyah adalah tidak sempurna. Uluhiyah memasok kesempurnaan tetapi ubudiyah tidak dapat melaksanakan kesempurnaan itu. Jadi, ubudiyah berkewajiban mengembalikan kesempurnaan itu kepada Uluhiyah dengan memohon ampunan dan bertaubat sebagai menampung cacat. Segala urusan dikembalikan kepada Allah swt. Semakin tinggi makrifat seseorang hamba semakin kuat ubudiyahnya dan semakin sering dia memohon keampunan dari Allah swt, mengembalikan setiap urusan kepada Allah swt, sumber datangnya segala urusan.

No comments:

Post a Comment