Sunday, 5 May 2013

Ketika menjalani latihan spiritual secara tarekat tasawuf kehidupan hanya dipenuhi dengan amal ibadah seperti shalat, puasa, berzikir dan lain-lain. Semua praktek tersebut dilakukan bukan bertujuan untuk mengejar surga atau yang lebih remeh, yaitu kesaktian atau kelebihan atau hal hal yang hina yang berbau dunia, tetapi semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Praktek seperti inilah yang membuka pintu hati untuk berpeluang mengalami hal-hal yang menyebabkan hasil yang diharapkan yaitu makrifatullah. Siapa yang benar-benar ingin mencari keridhaan Allah dan berniat untuk mendekati-Nya dan mengenali-Nya harus jangan bertangguh-tangguh lagi. Usah dicari kesempatan yang lebih baik. Jangan membuat masalah keduniaan sebagai alasan untuk menunda tindakan bergiat mencari keridhaan Allah. Bulatkan tekad, kuatkan azam, masuklah ke dalam golongan Allah yang beramal dan bekerja semata-mata karena Allah swt. Lekatkan diri sepenuhnya ke dalam suasana 'Allah' semata-mata dan tinggalkan apa saja yang selain Allah sesaat. Seperti orang yang bekerja dalam suatu pabrik yang bernama rokhmad dan fadhilahnya Allah, saat bekerja maka putuskan hubungan keluarga, seperti orang sholat yang tenggelam dalam syarat rukunnya, bahkan istri atau anak di sampingnya tak diperduli, atau Diasumsikan latihan yang demikian seperti kondisi ketika naik haji di Tanah Suci. Selama di Tanah Suci, semuanya ditinggalkan di tanah air sendiri. Di depan Baitullah seorang hamba menghadap dengan sepenuh jiwa raga kepada Tuhannya. Dia tidak khawatirkan keluarga, harta dan pekerjaan yang tersisa karena semuanya sudah diserahkannya kepada perawatan Allah swt, Allah swt adalah Pemegang amanah yang paling baik. Dia menjaga dengan sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepada-Nya. Persyaratan penyerahan itu adalah keyakinan. Yakin teguh dengan amaliyah yang dijalani, akan memetik buah manis, jika tanggung tanggung, maka akan sia-sia perjalanan. Seperti orang menanam di tengah waktu pohon ditebang, kesempatan berbuah dihilangkan, harus yakin bahwa akan muncul buah manis dari pohon yang ditanam, selama belum muncul buah yang pertama, maka tak ada buah yang kedua, diri hanya perlu istiqomah sampai buah pertama dipetik, nanti setiap musim dan kesempatan buah itu akan muncul.

No comments:

Post a Comment