Monday 15 April 2013

Apa yang ada di sekeliling kita dapat dilihat melalui dua aspek yaitu yang nyata dilihat dengan mata lahir dan yang ghaib dilihat dengan mata hati. Jika kita ambil satu buku gula, mata kasar melihat sejenis kristal berwarna keputihan. Bila diletakkan pada lidah terasalah manisnya. Ketika menikmati manisnya kita tampaknya memandang jauh ke sesuatu yang tidak ada di depan mata. Perilaku merenung jauh itu sebenarnya adalah terjemahan kepada perbuatan mata hati memandang fakta gula yaitu manis. Bagaimana rupa manis tidak dapat diceritakan tetapi mata hati yang melihat kepadanya mengenal bahwa gula adalah manis. Jika mata lahir melihat sebilah pedang, maka mata hati akan melihat pada tajamnya. Jika mata lahir melihat ke lada, mata hati melihat ke pedasnya. Jadi, mata lahir mengenal dan membedakan rupa yang lahir sementara mata hati mengenal dan membedakan fakta kepada yang lahir. Mata hati yang hanya bekerja sejauh mengenal manis, tajam, pedas dan yang sejenisnya masih dianggap sebagai mata hati yang buta. Mata hati hanya dianggap cerdas jika ia mampu melihat urusan ketuhanan di balik yang nyata dan yang tidak nyata.

Jadi mata hati itu akan jauh makin melihat menembus dimensi ruang dan waktu, ketika mata hati itu semakin dilatih untuk mengenali, dan makin dibeningkan dengan pembeningan yang sempurna, makin bening mata hati maka akan makin menembus ruang dan waktu melihat bukan hanya di alam lahir ini saja, tapi melintasi alam malakut, alam jabarut, alam lauhud, alam kunyah dll...

Dan Allah telah menegaskan pembeningan mata hati itu hanya bisa dilakukan dengan dzikir, sebagaimana mata lahir yang ketika melihat bukan dalam diam, bergerak maka pandangan akan tak bisa fokus, dan mengenali materi yang dilihat dengan sempurna, tapi ketika mata lahir itu tenang dan fokus, seperti pemanah yang menembak sasaran dengan panahnya, sehingga sasaran yang jauh pun bisa di kenai dengan tepat sasaran, sama dengan mata hati, dengan dzikir, mata hati akan memperoleh ketenangan mutlak, makin tenang mata hati maka akan makin bisa mengenai sasaran kegaiban yang bisa ditangkap oleh mata, makanya dikatakan hanya dengan dzikirlah hati itu bisa tenang, artinya bisa fokus sebagaimana fokusnya pemanah ketika menembak sasaran dengan tepat

No comments:

Post a Comment