Wednesday 10 April 2013

Ada pula orang yang dipaksa oleh takdir sehingga bertajrid. Orang ini awalnya adalah anggota asbab yang berjalan menurut hukum sebab-akibat sebagaimana orang banyak. Kemungkinannya kehidupan seperti itu tidak menambahkan kematangan rohaninya. Perubahan jalan perlu baginya sehingga dia bisa maju dalam bidang kerohanian. Jadi takdir bertindak memaksanya untuk terjun ke dalam lautan tajrid. Dia akan mengalami kondisi di mana hukum sebab-akibat tidak lagi membantunya untuk menyelesaikan masalahnya. Jika dia seorang raja, takdir mencabut kerajaannya. Jika dia seorang hartawan, takdir menghapus hartanya. Jika dia seorang yang cantik, takdir menghilangkan kecantikannya itu. jika dia seorang pekerja, tempatnya kerja memecatnya, atau seseorang itu selalu mengalami kerugian ketika bekerja, ada banyak cara Allah memaksa seseorang untuk masuk ke maqom tajrid meninggalkan maqom asbab, jadi Takdir memisahkannya dari apa yang dimiliki dan dikasihinya. Awalnya menerima kedatangan takdir yang demikian, sebagai anggota asbab, dia berikhtiar menurut hukum sebab-akibat untuk mempertahankan apa yang dimiliki dan dikasihinya. Jika dia tidak sanggup untuk menolong dirinya dia akan meminta pertolongan orang lain. Setelah puas dia berikhtiar termasuk bantuan orang lain namun, tangan takdir tetap juga merombak sistem sebab-akibat yang terjadi pada dirinya. Ketika dia sendiri dengan dibantu oleh orang lain tidak mampu mengatasi arus takdir maka dia tidak ada pilihan kecuali berserah kepada takdir. Dalam kondisi begitu dia akan lari kepada Allah dan memohon agar Allah menolongnya. Pada tingkat ini seseorang akan kuat beribadah dan berkonsentrasi penuh hatinya kepada Tuhan. Dia benar-benar berharap Tuhan akan menolongnya mengembalikan apa yang pernah dimilikinya dan dikasihinya. Tetapi, pertolongan tidak juga sampai kepadanya sehingga dia benar-benar terpisah dari apa yang dimiliki dan dikasihinya itu. Luputlah harapannya untuk mendapatkannya kembali. Redalah dia dengan perpisahan itu. Dia tidak lagi menarik bagi Tuhan sebaliknya dia menyerahkan segala urusannya kepada Tuhan. Dia menyerah bulat-bulat kepada Allah, tidak ada lagi ikhtiar, pilihan dan kehendak diri sendiri. Jadi dia seorang hamba Allah yang bertajrid. Bila seseorang hamba benar-benar bertajrid maka Allah sendiri akan mengatur kehidupannya. Allah menggambarkan suasana tajrid dengan firman-Nya:

Dan (ingatlah) berapa banyak binatang yang tidak membawa rezekinya, Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kamu; dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ayat 60: Surah al-'Ankabut)
Makhluk Allah swt seperti burung, ikan, kuman dan sebagainya tidak memiliki tempat penyimpanan makanan. Mereka adalah ahli tajrid yang dijamin rezeki mereka oleh Allah swt Jaminan Allah swt itu meliputi juga bangsa manusia. Tanda Allah menempatkan seseorang hamba-Nya di dalam makam tajrid adalah Allah memudahkan baginya rezeki yang datang dari arah yang tidak diduganya. Jiwanya tetap tenang sekalipun terjadi kekurangan pada rezeki atau ketika menerima bala ujian.

Jika anggota tajrid sengaja memindahkan dirinya ke makam asbab maka ini berarti dia melepaskan jaminan Allah swt lalu bersandar kepada makhluk. Ini menunjukkan akan kejahilannya tentang rahmat dan kekuasaan Allah swt Aksi yang jahil itu dapat menyebabkan berkurang atau hilang terus berkah yang Allah karuniakan kepadanya. Misalnya, seorang ahli tajrid yang tidak memiliki pekerjaan kecuali membimbing orang ke jalan Allah swt, meskipun tidak memiliki pekerjaan namun, rezeki datang kepadanya dari berbagai arah dan tidak pernah putus tanpa dia meminta-minta atau mengharap-harap. Pengajaran yang disampaikan kepada murid-muridnya sangat efektif sekali. Keberkatannya sangat signifikan seperti makbul doa dan ucapannya biasanya menjadi kenyataan. Andainya dia meninggalkan suasana bertajrid lalu berasbab karena tidak puas dengan rezeki yang diterimanya maka keberkatannya akan terpengaruh. Pengajarannya, doanya dan ucapannya tidak seberkesan dahulu lagi. Ilham yang datang kepadanya tersekat-sekat dan kefasihan lidahnya tidak selancar biasa.

Seseorang hamba harus menerima dan reda dengan posisi yang Allah karuniakan kepadanya. Bertawakallah kepada Allah dengan yakin bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Allah tahu apa yang patut bagi setiap makhluk-Nya. Allah swt sangat bijak mengatur urusan hamba-hamba-Nya.

Keinginan untuk pertukaran makam merupakan tipu daya yang sangat halus. Di dalamnya tersembunyi rangsangan nafsu yang sulit disadari. Nafsu di sini mencakup kehendak, ambisi dan angan-angan. Orang yang baru terbuka pintu hatinya setelah lama hidup di dalam kelalaian, akan mudah tergerak untuk meninggalkan suasana asbab dan masuk ke dalam suasana tajrid. Orang yang telah lama berada dalam suasana tajrid, ketika kesadaran dirinya kembali sepenuhnya, ikut kembali kepadanya adalah keinginan, cita-cita dan angan-angan. Nafsu mencoba untuk bangkit kembali menguasai dirinya. Orang asbab perlulah menyadari bahwa keinginannya untuk berpindah kepada makam tajrid itu mungkin secara halus digerakkan oleh ego diri yang tertanam jauh dalam jiwanya. Orang tajrid pula perlu sadar keinginannya untuk kembali kepada asbab itu mungkin didorong oleh nafsu rendah yang masih belum berpisah dari hatinya. Ulama tasauf mengatakan seseorang mungkin dapat mencapai semua makam nafsu, tapi nafsu tingkat pertama tidak kunjung padam. Oleh yang demikian perjuangan atau mujahadah mengawasi nafsu selalu berjalan.

No comments:

Post a Comment