Wednesday 27 March 2013

Semakin jauh seseorang itu memasuki daerah Lawwamah semakin kurang pengaruh ammarah pada dirinya. Ketika sampai pada satu tingkat rantai ammarah putus darinya dan dia masuk ke dalam daerah nafsu mulhamah. Nafsu mulhamah adalah nafsu yang sudah bersih dari kotoran. Bila kotoran tidak ada pada hati, pikiran kotor tidak datang lagi dan mengambil alih tempatnya adalah ilham bersih yang datang dari alam tinggi. Cermin hatinya yang kerap menghadap ke alam tinggi membuatnya sering lupa kepada alam rendah. Dia menjadi tidak tertarik dengan harta, merasa cukup dengan apa yang ada dan tidak merasa sayang untuk membantu orang lain dengan harta yang ada padanya. Dia juga melakukan taubat yang sungguh-sungguh dan tidak kembali lagi ke kejahatan yang pernah dilakukannya. Dia memiliki kesabaran yang kuat dalam menghadapi bencana. Dia kuat berserah diri kepada Tuhan. Dia menghadap Tuhan dengan rasa rendah hati dan membutuhkan-Nya. Sifat rendah hati yang sudah lahir dalam hatinya membuatnya tidak lagi mengkritik orang sembarangan, seperti yang dilakukannya ketika dalam daerah Lawwamah dahulu. Dia lebih memandang orang dengan pandangan simpati, bukan mengutuk, tidak mencela atas kesalahan orang, dan memandang sesuatu lebih pada keseluruhan permasalahan.

Dzikirnya sudah bisa masuk ke dalam hati yang lebih dalam dan lebih seni, memperkuat rasa ketergantungan kepada Allah Keikhlasan anggota mulhamah ini sudah bertambah kuat. Dia melakukan kebaikan bukan lagi karena 'takut Allah' tetapi semata-mata 'karena Allah' atau karena mau mendapatkan keridaan-Nya. Orang yang sudah berada pada tahap ini akan terus mentaati Allah sekali pun Tuhan tidak menciptakan surga dan neraka. Tujuannya adalah Allah semata. Keyakinannya kepada Allah swt sangat mendalam, sebab itu dia kuat melakukan tajrid, yaitu menyerahkan urusannya kepada Allah saja, tidak kepada makhluk. Daerah mulhamah merupakan tingkat terakhir pekerjaan membawa haluan nafsu ke arah yang benar. Ia adalah batas terakhir bagi nafsu yang mendatang, yang menumpang nafsu asli yang suci. Karena dia masih berada dalam daerah nafsu yang mendatang dia masih mungkin diseret kembali ke daerah nafsu yang lebih rendah. Jadi kesungguhan beribadah dan kekuatan iman diperlukan agar rantai dari daerah nafsu yang lebih rendah tidak kembali menyambar dan mengikatnya.

Bila seseorang itu keluar sepenuhnya dari daerah nafsu yang mendatang dan masuk sepenuhnya ke dalam daerah nafsu yang asli dan haluan nafsunya sudah berada pada arah yang benar, dia masuk ke dalam daerah nafsu muthmainnah. Dia telah kembali ke tingkat yang diridhai Allah

Wahai nafsu muthmainnah. Kembalilah kepada Tuhan engkau dalam keadaan reda meredai oleh-Nya dan masuklah kamu ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah kamu ke dalam surga. (Ayat 27 - 30: Surah al-Fajr)
Jiwa muthmainnah hanya tenang dan tenteram di dalam melakukan ketaatan kepada Allah Perbuatan zahirnya dan kelakuan hatinya semata-mata dalam melakukan ketaatan kepada Allah swt Dia menyayangi makhluk Tuhan, suka bersedekah, tidak menyimpan harta, reda dengan ketentuan Allah dan bertawakal kepada-Nya dalam segala hal. Dia hidup di atas landasan takwa, kuat beribadah dan mensyukuri segala pemberian Tuhan. Dia sudah melewati makam sabar dan masuk ke makam reda, maka tidak ada apa lagi yang menekan jiwanya. Cahaya ketenangan muncul di wajahnya. Dia sudah dapat mengalami Hadrat nama-nama Tuhan. Kesadaran dan ingatan terhadap nama-nama Tuhan mendatangkan kenikmatan dan kelezatan pada hatinya. Dekat dengan Tuhan membuatnya merasakan dirinya selalu bersama-Nya, maka tidak ada apa lagi yang menakutkan dan mendukacitakannya. Daerah muthmainnah ini dinamakan daerah kewalian Awalnya atau wali kecil.

No comments:

Post a Comment