Tuesday 19 March 2013

Dunia yang dihuni oleh setan melahirkan berbagai tipu daya. Semua bidang kehidupan manusia diresapi oleh tipu daya setan. Setan membangun jalan paralel dan hampir dengan jalan yang lurus dan diperhiaskan jalan itu sehingga apa saja yang ada padanya tampak sesuai dengan jalan yang lurus. Akibat perhiasan yang dipamerkan oleh setan, fitrah manusia hilang kekuatan untuk melonjak ke fitrah Muslim. Mereka puas dengan berpegang kepada fitrah kemanusiaan saja dan dalam kondisi yang demikian fitrah kemanusiaan tidak berkekuatan membatasi atraksi setan. Akibatnya nilai-nilai murni kemanusiaan dicampur adukkan dengan nilai-nilai palsu yang datang dari setan. Banyak dari penganut agama Islam sendiri mencampuradukkan nilai Islam dengan nilai setan. Di sana sini banyak terjadi orang yang shalat tetapi masih melakukan perbuatan zina dan arak. Orang yang naik haji masih melakukan korupsi. Orang yang berpuasa tetapi masih mencuri dan menipu. Orang yang mengucapkan dua kalimat Syahadah masih juga pergi ke kuburan karena meminta nomor toto. Perilaku orang yang mengaku beragama Islam tidak berbeda dengan orang yang ternyata kafir. Semua itu terjadi karena warna setan melindungi warna kebenaran. Orang yang telah menerima dan memakai pakai warna setan itu dinamakan ahli dunia.

Dalang yang mengarahkan perjalanan ahli dunia adalah raja setan yaitu iblis. Iblis adalah sumber kejahatan dan setan adalah penyebar kejahatan iblis itu. Iblis selalu menyeret manusia untuk melanggar ubudiah kepada Tuhan. Iblis memasukkan sifat-sifatnya pada manusia untuk membatasi atau melengah-lengahkan mereka menunaikan perintah Tuhan. Sifat iblis adalah kufur atau ingkar kepada kebenaran. Bila sifat iblis membaluti hati manusia ia akan bertindak sebagai energi yang menghalangi apa ini izin yang mau masuk ke dalam hati. Meskipun akal bisa menerima sesuatu kebenaran itu namun energi yang muncul dari sifat iblis mencegah argumen akal dari diterima oleh hati. Sebab itu orang yang mengenal dan mengakui kebenaran masih juga menolak kebenaran itu dan berbuat yang tidak benar. Orang yang mengakui berzina adalah dosa tetapi masih juga melakukannya. Orang yang mengakui korupsi itu berdosa masih juga berbuat korupsi. Bahkan orang-orang yang mendisain hukum berdasarkan kebenaran yang diperoleh melalui akalnya masih juga melanggar hukum tersebut. Akal mengakui kewajiban shalat dan anggota melakukan perbuatan shalat tetapi hati yang dikuasai oleh sifat iblis tidak bisa lari dari kemaksiatan.

No comments:

Post a Comment