Wednesday, 27 February 2013

Sufi yang dipilih untuk menanggung sesuatu tugas di dalam masyarakat akan ditarik ke jalan mahabbah. Ketika di dalam daerah kewalian sufi, jazbah menghancurkan secara mudah sifat-sifat yang tercela pada diri mereka dan dimasukkan kemampuan sifat-sifat yang terpuji sehingga sifat demikian menjadi kepribadian mereka. Mereka menjadi orang yang bersifat baik, bukan orang yang berusaha menjadi baik. Mereka menjadi ikhlas secara spontan bukan yang berperang dengan ria untuk mempertahankan ikhlas. Ketika mereka keluar dari daerah kewalian sufi dan dimasukkan ke dalam daerah kewalian cara kenabian, mereka masuk dengan ada persediaan segala kemampuan yang baik untuk menanggung bebas tugas yang akan diberikan kepada mereka kelak. Pada jalan mahabbah segala bakat dan kemampuan mereka digilapkan untuk melengkapi kewalian pada derajat khalifah yang layak memikul beban tugas khusus. Jalan mahabbah dimulai setelah kefanaan, yaitu dari baqa menuju ke kesadaran sepenuhnya karena sebelum memperoleh kembali kesadaran keinsanan mereka tidak layak menjadi Khalifah Allah yang mengelola urusan orang banyak. Ketika meninggalkan kefanaan dan masuk ke kebaqaan dan kesadaran keinsanan sudah mulai kembali, wali yang lebih matang itu dapat melihat perbedaan di antara Tuhan dengan makhluk, baik dengan jahat dan benar dengan salah. Awalnya menyaksikan perbedaan wali itu masih memiliki sikap toleran dengan sesuatu yang salah dan tidak benar. Meskipun kesalahan diakui ada namun, mereka tidak bertindak mengoreksi kesalahan tersebut. Pada tingkat ini mereka lebih banyak menyendiri dan enggan mencampuri urusan orang lain. Meskipun mereka sudah bisa melihat perbedaan di antara Tuhan dengan makhluk namun, mereka masih merasakan makhluk itu satu wajah atau aspek ketuhanan atau hak Tuhan, bukan ciptaan yang terpisah sepenuhnya dari Tuhan.

No comments:

Post a Comment