Sufi kaum ke tiga memahamkan syariat sebagai kombinasi kulit dan isi, tubuh dan jiwa. Mereka berpendapat memegang syariat lahir tanpa mencapai syariat batin adalah kurang bermakna, sementara mengambil syariat batin dengan membuang zhahirnya adalah tidak sempurna. Mereka berfahaman bahwa seseorang bisa mengambil syariat lahir meskipun batinnya tidak menyolok. Bagi mereka orang yang berfokus pada syariat lahir dan mengamalkannya sudah bisa menyelamatkannya di akhirat kelak. Golongan yang mengambil syariat lahir saja adalah mereka yang berkedudukan sebagai ulama zahir dan orang Islam publik. Mengambil syariat lahir saja tanpa batinnya dibolehkan tetapi mengambil syariat batin tanpa zahirnya adalah tanda mungkin. Kesimpulan golongan ini adalah keunggulan zahir dan batin ditentukan oleh hubungan mereka dengan syariah dan semua kebenaran yang ada dalam paham agama yang dikenal sebagai Ahli Sunah wal Jamaah. Seribu pembukaan dan penyaksian dalam alam kebatinan tidak dapat menandingi paham agama yaitu Tuhan tidak menyamai sesuatu apa pun. Kelompok tersebut tidak cenderung dengan pengalaman spiritual yang bertentangan dengan kebenaran syariat meskipun sedikit. Bagi mereka pembukaan demikian hanyalah tes yang menyeret mereka ke tempat siksaan secara perlahan-lahan. Mereka adalah kaum yang mendapat petunjuk dari Tuhan dan paling layak diikuti. Mereka sebenarnya adalah ulama yang berhasil, diberi bimbingan dan petunjuk yang benar oleh Tuhan. Tuhan membantu mereka menyatakan kebenaran syariat dan Tuhan memberi mereka hadiah karena mendukung peraturan syariat.
Sufi kaum ke tiga berbeda dengan kaum yang hanya mementingkan batin dan tidak sedikit pun mematuhi peraturan syariat. Kelompok yang memisahkan diri dengan syariat mengira kebenaran yang dicari tidak ada dalam syariat. Mereka menyangka syariat hanyalah tubuh yang tanpa nyawa. Mereka berpegang kepada kebenaran yang muncul dari bayangan dan mereka tergelincir dari arah yang menuju kepada kebenaran yang sejati. Akibatnya kewalian mereka hanyalah dalam perbatasan kewalian bayangan dan jarak mereka dengan Tuhan tidak melebihi tingkat Sifat. Kewalian golongan ke tiga yang menggabungkan zahir dan batin syariat menemukan kebenaran sejati dan asli. Mereka mendapat petunjuk dan menemukan jalan ke Zat Yang Hakiki, yang tidak sesuatu menyerupai-Nya. Mereka berhasil melewati persetujuan tingkat rendah. Mereka maju sampai ke ujung jalan dan akibatnya mereka memperoleh kewalian cara kenabian. Tahap tersebut dicapai dengan cara tidak sedikit pun meragukan syariat dan tidak meninggalkan tuntutan syariat.
No comments:
Post a Comment