Roh manusia adalah sesuatu yang dari Allah swt, tiupan Roh Allah, berkait dengan Zat Allah, tidak dapat dinisbahkan kepada apa saja melainkan kepada Allah, tetapi ia bukanlah Allah karena "Tidak sesuatu yang menyamai-Nya". Roh manusia yang dinisbahkan kepada Allah swt inilah yang paling mulia:
Kemudian ketika Aku sempurnakan kejadiannya (Adam), dan Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku maka hendaklah kamu sujud kepadanya. (Ayat 72: Surah Saad)
Kemuliaan roh manusia yang Allah tiupkan dari Roh-Nya menyebabkan malaikat-malaikat kena sujud kepada Adam. Roh pada martabat ini adalah urusan Allah swt:
Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhanku". (Ayat 85: al-Israa ')
Bagaimana atau apakah hubungan roh dengan Allah swt? Perkaitannya adalah Rahasia Allah SWT yang manusia tidak diberi pengetahuan tentang kecuali sedikit saja. Roh pada martabat Rahasia Allah swt inilah yang sudah mengenal Allah swt dan menyaksikan bahwa:
Sesungguhnya Allah Maha Esa. Tidak sesuatu beserta-Nya.
Roh yang terkait dengan Allah swt menghadap kepada Allah swt dan dikuasai oleh kesadaran yang hakiki atau penglihatan rohani yang hakiki atau kesadaran tauhid yang hakiki.
Roh urusan Allah swt itu kemudian terkait pula dengan perbuatan Allah swt yaitu alam. Unsur alam yang menerima hubungan dengan roh urusan Allah swt itu disebut roh juga. Roh jenis kedua ini menghuni alam seperti makhluk Tuhan yang lain juga. Tempat roh tersebut adalah Alam Arwah {alam roh}. Roh yang mendiami Alam Arwah ini kemudian terkait pula dengan jasad. Jasad yang berkait dengan roh menjadi hidup dan disebut manusia. Perjalanan dari atas ke bawah ini dinamakan:
Kami datang dari Allah swt.
Karena manusia datang dari Allah swt. mereka berkewajiban pula kembali kepada Allah swt.
Kepada Allah kami kembali.
Perjalanan kembali kepada Allah harus dilakukan ketika jasad masih diterangi oleh roh yaitu ketika kita masih hidup di dalam dunia. Bila roh sudah putus hubungannya dengan jasad, tidak ada lagi peluang untuk kembali kepada Allah swt. Siapapun yang buta (hati) di dunia akan buta juga di akhirat, bahkan lebih buruk lagi. Hamba Allah yang menyadari kewajibannya akan berusaha keras untuk kembali kepada Allah swt. ketika kesempatan masih ada. Syariat diturunkan supaya manusia tahu jalan kembalinya. Orang yang berjuang untuk kembali ke asalnya melepaskan kesadaran alam bawah yang menguasainya. Dia masuk ke kesadaran malaikat. Kemudian dia keluar dari kesadaran malaikat dan masuk ke kesadaran roh yang murni dan selanjutnya masuk ke kesadaran roh yang menjadi Rahasia Allah dan kembali menyaksikan Yang Hakiki sebagaimana telah disaksikannya sebelum berkait dengan jasad dahulu. Keluarlah ucapannya:
Sudah ada Allah swt (sebagaimana ia menyaksikan sebelum berkait dengan jasad) dan tiada sesuatu yang menyertai-Nya (sebagaimana disaksikannya dahulu). Dan Dia kini (sedang disaksikannya kembali) sama seperti ada-Nya (seperti yang disaksikannya dahulu).
Keadaannya adalah seperti orang yang melihat kepada sesuatu, kemudian dia memejamkan matanya seketika. Bila dia membuka matanya kembali ia melihat sesuatu yang sama berada dihadapannya. Tahulah dia bahwa pengalaman selama memejam mata itu sebenarnya gelap, majazi atau khayalan. Dia kembali melihat yang benar setelah matanya terbuka. Jadi, seseorang hanya dapat melihat Yang Hakiki setelah kembali ke aslinya yaitu dia kembali melihat dengan penyaksian hakiki mata hati.
No comments:
Post a Comment