Wednesday, 26 June 2013

Perebutan kekuasaan di antara nafsu dengan ikhlas. Modal nafsu adalah kepentingan diri. Nafsu mengingatkan sesuatu yang dia ada kepentingan atau hak padanya telah dilepaskan kepada orang lain. Oleh karena nafsu tidak mati maka ingatannya kepada yang kehilangan itu juga tidak mati. Jihad terhadap nafsu ini berkepanjangan terus menerus dan tiada akhir. Ikhlas adalah umpama bayi suci yang harus dipelihara dan dilindungi dari dimakan oleh harimau nafsu.

Cara menundukkan harimau nafsu adalah jangan memberinya makan. Makanannya adalah cerita tentang haknya yang telah terlepas ke tangan orang lain. Racun bagi harimau nafsu adalah cerita tentang kebaikan Tuhan yang membagi nikmat yang tidak terhingga kepada makhluk-Nya. Penetapan hak Allah atau Allah jualah Pemilik nyata, akan melindungi bayi suci dari musuh-musuh yang ingin menyakitinya.

Maka dzikir itu harus ditekankan dan dipalukan pada nafsu, agar keingkarannya pada Allah yang maha besar dan berkuasa penuh atas prilaku yang dilakukan tubuh, dan segala gerak gerik itu tercerai berai, menjadi potongan kecil kecil, ego yang menggumpal itu tak lagi keras, dan mencair... dan pengakuan pada Allah akan keesaaaNya dan kebesaranNya juga kuasaNya terwujud di setiap pandangan nafsu yang memperoleh pukulan demi pukulan dzikir. Sehingga diperolehlah amal itu tidak lagi memang pada bentuk tangan ego yang melakukan amal tapi telah memandang Allah lah yang sebenarnya telah beramal, diri seperti benang yang dipakai Allah menerbangkan layangan.

No comments:

Post a Comment