Pandangan tauhid memperlihatkan kepada kita bahwa pada situasi Iradat dan Kudrat Allah swt tidak luput dari kita bahkan dalam niat, harapan atau keinginan. Ketika mata hati memandang dari asal mula sampai ke akhir tujuan tetap pada Allah maka hati pun akan bersandar kepada Allah SWT saja, tidak lagi bergantung kepada sesama makhluk dan tidak juga kepada dirinya sendiri. Dirinya dan orang lain sama-sama dipikulkan beban. Orang yang memikul beban tidak mampu mengangkat bebannya sendiri, jauh sekali untuk mengangkat beban orang lain. Siapakah dari antara makhluk Allah swt yang dapat mengubah apa yang Allah telah tetapkan dengan Iradat-Nya dan laksanakan dengan Kudrat-Nya? Tidak ada yang bisa melakukannya kecuali Allah swt
Perintah berbentuk kebaikan yang dibawa oleh malaikat mudah kita mengerti dan terima sebagai Iradat dan Kudrat Allah swt Bagaimana 'perintah' keburukan yang dibawa oleh setan? Apakah kita perlu melakukan keburukan tersebut? Apakah Allah memerintahkan kita berbuat jahat? Persoalan ini membuat kita bingung. Kita harus meneliti hal ini dengan mendalam supaya tidak terjadi salah iktikad. Ibaratkan setan sebagai anjing dan Tuhan adalah Tuan yang memerintahnya. Anjing tidak akan menyalak dan menggigit jika tidak diizinkan atau diperintah oleh Tuannya. Andainya Tuan mengizinkan anjing menyalak dan menggigit kita kemungkinannya adalah karena:
1: Tuan murka kepada kita.
2: Kita menantang hak Tuan.
3: Pada diri kita ada sesuatu yang disukai oleh anjing.
Ketika kita berhadapan dengan situasi seperti di atas kita memiliki dua pilihan yaitu:
1: Kita membiarkan diri kita digigit oleh anjing. Jika yang menggigit itu adalah anjing gila maka kita juga akan terkena rabies.
2: Kita lari ke Tuannya dan merayu agar mengusir anjing itu dari kita.
Ketika menerima kedatangan 'perintah' supaya berbuat jahat kita harus menerimanya dengan bijaksana agar kita tidak salah menafsirkannya. Allah selalu mengingatkan kita bahwa setan adalah musuh bagi manusia, dan layanlah setan itu sebagai musuh. Kita diajarkan untuk berlindung kepada Allah dari setan yang kena rajam. Jika Allah Yang Maha Mulia menyuruh utusan yang sangat keji yang menjadi musuh kita, membawa benda busuk kepada kita apakah yang dapat kita katakan tentang nilai diri kita pada pandangan Allah? Nilai diri kita adalah sama dengan benda busuk yang dibawa oleh musuh kita itu, yaitu kita ini adalah umpama tong sampah yang layak untuk diisikan dengan sampah. Jika kita menginsafi hal tersebut, setelah utusan yang keji itu dan benda yang busuk itu sampai kepada kita, tentunya kita akan jatuh pingsan karena takut dan khawatir terhadap kehinaan diri kita dan kemurkaan Allah swt kepada kita. Ketika sadar kita seharusnya menginsafi akan kejahatan dan kehinaan diri kita yang menyebabkan utusan yang jahat dan dilaknat membawa benda kotor dan busuk bagi kita. Kita harus menyucikan diri kita agar kotoran hilang. Kita harus memperbanyak taubat, memohon ampunan dan rahmat dari Allah swt Kita harus memperbaiki diri kita, bukan melahap benda busuk yang dibawa oleh utusan yang keji itu. Karena yang datang itu dengan izin Allah ia membawa kekuatan yang tidak sanggup kita melawannya dengan kekuatan diri kita sendiri. Sebab itulah kita diajarkan untuk mengadu kepada Allah dan meminta perlindungan-Nya. Jika kita melawannya dengan kekuatan diri kita sendiri, kita akan kalah, tetapi jika kita berlindung di bawah payung kekuatan Allah kita akan menang. Jadi, dalam menghadapi perintah baik dan 'perintah' jahat kita harus lari kepada Allah karena segala sesuatu datangnya dari Allah dan hanya Dia yang mampu menangani segala sesuatu itu.
No comments:
Post a Comment