Kondisi orang yang tidak dapat melepaskan dirinya dari syirik penyekutuan terhadap Allah adalah umpama seekor keledai yang terikat dan memutar memindahkan batu penggiling. Meskipun jauh jarak yang dijalaninya namun, dia selalu kembali ke tempat yang sama. Jika ia ingin bebas perlulah ia melepaskan ikatannya dan keluar dari lingkaran yang sempit. Orang yang ingin membebaskan dirinya dari syirik secara keseluruhan harus membebaskan perhatian hatinya dari semua hal kecuali Allah. Keluar dari lingkaran alam dan masuk ke Wujud Mutlak.
Ada beberapa tahap yang harus dilalui sebelum mencapai Wujud Mutlak. Tingkat pertama adalah membebaskan diri dari kungkungan penjara alam jasad. Penjara alam jasad adalah hawa nafsu. Di dalam penjara hawa nafsu ini tersedia berbagai hidangan yang lezat-lezat seperti kekuasaan, kemegahan, kemuliaan, kasihkan puji-pujian, ujub, riya, tamak, dengki dan lain-lain. Jika ingin melepaskan diri dari penjara ini harus berpuasa dari semua makanan yang disajikan. Jangan diajak berbicara tentang makanan tersebut karena jika dibawa ke diskusi akan mendatangkan selera. Sembunyikan selera dan lapar meskipun perut bergelora. Sambutlah setiap hidangannya dengan menggelengkan kepala dan palingkan muka ke arah lain. Apabila makanannya tidak dijamah, hawa nafsu tidak ada kekuatan lagi memenjarakan seseorang itu. Bebaslah dia keluar dari penjara tersebut.
Setelah keluar dari penjara nafsu seseorang berhadapan pula dengan penjara dunia. Penjara dunia memamerkan berbagai jenis keindahan dan kesenangan dan menjanjikan keabadian. Dunia menyajikan apa saja yang menyenangkan dan memecahkan liur. Di dalam penjaranya seseorang diperbolehkan melakukan apa saja, menikmati apa jua hidangannya tanpa pantang dan larang. Di dalam penjara dunia ini seseorang dikurung di dalam kamar yang bernama syahwat. Kaki dan tangannya dirantai dengan rantai yang bernama kelalaian. Matanya ditutup dengan penutup yang bernama panjang angan-angan. Di dalam penjara ini makanan hawa nafsu masih dilayani karena dunia dan hawa nafsu selalu bekerjasama. Jadi setelah berpuasa dari makanan hawa nafsu seseorang itu harus pula mendapatkan alat memutuskan rantai yang mengikatnya dan merobohkan dinding penjara tersebut. Alatnya adalah ingat kepada mati dan huru hara setelah kematian. Inilah alat yang dapat membebaskan seseorang dari penjara dunia.
Setelah keluar dari penjara dunia seseorang itu akan masuk ke dalam penjara akhirat. Hidangan di dalam penjara ini adalah pahala, surga dan bidadari. Rantai yang mengikat seseorang di dalam penjara ini adalah kehendak atau keinginan atau lebih tepat jika disebut kesadaran terhadap diri sendiri. Memperhatikan diri sendiri yang melakukan amal kebaikan membuat seseorang lebih terkungkung di dalam penjara akhirat. Kendaraan yang dapat membawanya keluar adalah ilmu, yaitu ilmu yang dapat melepaskan seseorang dari bersandar kepada amalnya dan melihat bahwa amal kebaikan yang keluar dari dirinya adalah karunia Allah SWT semata-mata. Tanpa karunia rahmat dan petunjuk dari Allah niscaya tidak akan ada kebaikan pada dirinya. Ketika seseorang telah kuat berpegang kepada karunia Allah dia akan bebas dari penjara akhirat.
Setelah selamat dari penjara akhirat seseorang itu akan masuk pula ke dalam penjara alam malaikat, yaitu penjara alam maujud yang terakhir. Hidangan di dalam penjara ini adalah jarak dan kemuliaan di sisi Allah swt. Rantai pengikat adalah sisa-sisa kehendak diri sendiri dan kesadaran terhadap diri sendiri yang menerima karunia Allah swt Pada tahap ini perlu dihapus semua sekali keinginan, cita-cita, angan-angan, harapan , hajat, pikiran dan segala yang maujud. Ketika kefanaan dari semua yang maujud dicapai, dapatlah dia keluar dari penjara malaikat.
Setelah berhasil keluar dari semua jenis penjara alam, seseorang itu masuk ke dalam penjara Ilmu Allah. Ilmu Allah bukanlah alam, tetapi adalah hal ketuhanan sendiri. Hidangan di dalam penjara ini adalah rahasia yang gaib-gaib tentang hukum Allah di dalam alam. Dalam suasana Ilmu Allah swt inilah dapat dilihat administrasi Ilahi yang menggerakkan alam maya dan semua kejadian yang terjadi di dalamnya. Karena Ilmu Allah sangat luas dan tidak ada batas perbatasan maka penjaranya juga tidak ada batas. Siapa yang asyik dengan berbagai ilmu yang ada di dalamnya akan terpenjara selamanya di sini, karena jika mau dikaji Ilmu Allah niscaya seseorang akan mati sebelum sempat mengkaji sebesar partikel dari Ilmu-Nya. Seseorang yang ingin lepas dari penjara ini harus menjadikan ilmu sebagai kendaraan bukan tujuan. Ilmu bukanlah mahkota untuk dijunjung tetapi ia adalah alat untuk berjalan. Ketika ilmu diperlakukan dengan adil yaitu meletakkannya pada tempat yang patut baginya, dapatlah seseorang itu bebas dari tawanannya.
Bila keluar dari penjara ilmu, diri akan masuk ke dalam penjara makrifat. Ini adalah penjara yang paling kokoh. Ilmu Allah dan makrifatullah bukan lagi alam maujud. Apa yang tersedia pada keduanya adalah fakta-fakta atau hal-hal ketuhanan. Paling tinggi pencapaian ilmu tentang Allah ialah: Tidak tahu dan tidak bisa dikatakan apa-apa, karena tidak ada sesuatu menyamai-Nya, menyerupai-Nya atau bisa diibaratkan bagi-Nya. Pada martabat makrifat pula setinggi-tinggi prestasi adalah: Zat diri-Nya tidak dapat dikenal oleh siapa pun. Dia kini adalah sebagaimana Dia dahulu, bahkan tidak ada sekarang dan sebelumnya pada-Nya.
Upaya untuk mengenal diri Allah lebih dari itu adalah sia-sia. Jika dicoba juga maka hasilnya adalah tidak ada apa yang tersedia. Siapa yang sampai ke makam makrifat janganlah tinggal terpenjara di dalamnya. Keluarlah dari makrifat barulah bisa sampai ke Hadrat Allah swt
Tajrid atau penanggalan secara keseluruhan dari semuanya adalah syarat untuk bertemu dengan Allah swt Seseorang harus melepaskan ilmu pengetahuannya, amal perbuatannya, makrifatnya, sifatnya, namanya dan semua informasi, dengan demikian dia bertemu dengan Allah swt seorang diri tanpa bekal. Dia harus melihat tibanya hidayat dan kemurahan Allah, bukan hasil dari amal dan ilmunya. Tinggalkan segalanya dan masuklah ke Hadrat Allah swt. Bagaimana mungkin melakukannya?
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakan: "Roh itu termasuk urusan Tuhanku dan kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Ayat 85: Surah al-Israa ')
Apa yang kita tidak mengerti dan tidak memiliki ilmu tentangnya kecuali terlalu sedikit adalah roh.
Dan Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku. (Ayat 72: Surah Saad)
Roh yang terkait atau dinisbahkan kepada Allah itulah yang menghadap kepada Allah dan yang dapat masuk ke Hadrat Allah. Roh adalah urusan Allah swt. Bagaimana roh masuk ke Hadrat Allah swt itu juga urusan Allah, kamu tidak diberi ilmu tentangnya kecuali teramat sedikit. Pengetahuan yang sedikit itu adalah: "URUSAN ALLAH SWT!" Jangan disoal dan diusul lagi. Allah adalah puncak segala tujuan, penghabisan segala perjalanan dan tumpuan semua permintaan.
No comments:
Post a Comment