1: Tidak berzikir langsung.
2: Berzikir dalam kondisi hati tidak ingat kepada Allah swt
3: Berzikir dengan disertai rasa kehadiran Allah di dalam hati.
4: Berzikir dalam keadaan fana dari makhluk, lenyap segala sesuatu dari hati, hanya Allah saja yang ada.
Bukanlah sulit bagi Allah untuk mengubah suasana hati hamba-Nya yang berzikir dari suasana yang kurang baik kepada yang lebih baik hingga mencapai yang terbaik.
Spiritualitas manusia berada dalam beberapa derajat, maka suasana zikir juga beragam, menurut derajat spiritualnya. Derajat yang paling rendah adalah si Raghib yang telah sekarat dikuasai oleh setan dan dunia. Cahaya api setan dan fatamorgana dunia menutup hatinya sehingga dia tidak sedikit pun mengingat Allah swt. Seruan, peringatan dan ayat-ayat Allah swt. tidak melekat pada hatinya. Inilah golongan Islam yang dijajah oleh sifat munafik. Golongan ini tidak berzikir langsung.
Golongan kedua berzikir dengan lidah tetapi hati tidak ikut berzikir. Lidah menyebut nama Allah, tetapi ingatan tertuju kepada harta, pekerjaan, perempuan, hiburan dan lain-lain dzikirnya masih mengharapkan kesenangan kesenangan yang bersifat pendek yang dilihat di depan mata, dan yang diangan angankan karena pengaruh lingkungan kehidupannya. Inilah golongan orang Islam yang umum. Mereka meminta agar jangan meninggalkan zikir karena dengan meninggalkan zikir mereka akan lebih dihanyutkan oleh kelalaian. Tanpa zikir, setan akan lebih mudah memancarkan gambar-gambar tipuan ke cermin hatinya dan dunia akan lebih kuat menutupinya. Zikir pada tingkat ini berperan sebagai 'juru ingat'. Sebutan lidah menjadi teman yang mengingatkan hati yang lalai. Lidah dan hati berperan seperti dua orang yang memiliki minat yang berbeda. Seorang enggan mendengar sebutan nama Allah, sementara yang seorang lagi memaksanya mendengar dia menyebut nama Allah. Sahabat yang berzikir (lidah) harus memaksa keras agar temannya (hati) mendengar ucapannya. Di sini terjadilah peperangan di antara energi zikir dengan energi setan yang didukung oleh energi dunia yang mencoba menghalangi energi zikir dari memasuki hati. akan ada tarik menarik antara kepentingan kesenangan nafsu, dengan masuk ke ruang lingkup dzikir, ah enaknya dzikir apa saya kerja saja mengejar cita cita? tarik tarikan itu menguasai segala gerak dan laku, sehingga orang seperti ini akan sering bleng.
Golongan yang ke tiga itu adalah mereka yang energi dzikirnya sudah berhasil memecahkan dinding yang dibangun oleh setan dan dunia. Ucapan zikir sudah bisa masuk ke dalam hati. Energi zikir bertindak menyucikan hati dari karat-karat yang melekat padanya. Awalnya ucapan zikir masuk ke dalam hati sebagai sebutan nama-nama Allah swt. Setelah karat hati sudah hilang maka sebutan nama-nama Allah swt akan disertai oleh rasa nyaman yang mengandung kelezatan. Pada tahap ini zikir tidak lagi dilakukan secara paksa. Hati akan berzikir tanpa menggunakan lidah. Sebutan nama-nama Allah mengarahkan hati kepada Empunya nama-nama, merasakan sifat-sifat-Nya sebagaimana dikutip. orang yang sudah bisa memasukkan dzikir ke dalam hatinya ini akan mulai merasakan ketenangan dalam dirinya, dan mulai merasakan efek dalam dzikirnya, dan mulai merasakan kenikmatan kenikmatan di luar logika, sebab awal dzikir itu mulai bisa dipetik manfaatnya itu adalah ketika dzikir itu masuk ke dalam hati. dan dzikir mulai ada ruhnya.
Golongan ke empat adalah mereka yang telah sepenuhnya dikuasai oleh Haq atau hal ketuhanan. Mereka sudah keluar dari batas alam maujud dan masuk ke dalam hal yang tidak ada alam, yang ada hanya Allah swt. Tubuh kasar mereka masih berada di atas muka bumi, bersama-sama makhluk yang lain. Tapi, kesadarannya terhadap dirinya dan makhluk sekaliannya sudah tidak ada, maka keberadaan sekalian yang maujud tidak sedikit pun mempengaruhi hatinya. Mereka karam dalam zikir dan yang dizikirkan. Mereka yang berada pada tingkat ini telah terlepas dari ikatan manusiawi dan seterusnya mencapai visi hakiki mata hati, dan keajaiban keajaiban dzikir sudah mulai dirasakan sepenuhnya oleh orang yang dzikir itu... kenikmatan yang tidak dinikmati kecuali oleh orang yang telah mengistiqomahkan diri dalam dzikirnya. diceritakan kepada orang awam, orang awam tak akan percaya.
No comments:
Post a Comment