Tuesday 4 June 2013

Nafsu sex bisa ada bukan karena mampu menerima rangsangan dari iblis dan setan malah dia sendiri berupaya merangsang dirinya sendiri tanpa dirangsang oleh iblis dan setan. Makanya ada kambing jantan jatuh cintanya pada kambing jantan, tidak sampai salah kambing jatuh cinta pada ayam, ayam jatuh cinta pada semut, bahkan lelaki dewasa jatuh cintanya pada wanita bukan pada kambing betina, karena setiap yang ada di bumi itu diciptakan berpasang pasangan juga dibekali hawa nafsu, hawa nafsu bersifat keinginan apapun, termasuk nafsu sex. Rangsangan yang muncul dari keinginan sendiri mengarah ke melakukan maksiat, memenuhi tuntutan syahwat dan asyik dengan hal yang melalaikan. Ketika iblis dan setan memberi rangsangan yang sesuai dengan sifat nafsu itu sendiri mudahlah dia melakukan maksiat dan kemungkaran. Dia tidak merasa sedih bila berbuat kejahatan dan tidak merasa rugi bila hanyut di dalam lautan kelalaian. Apa yang penting baginya adalah memenuhi apa yang dia inginkan tanpa menghiraukan akibatnya.

Seseorang yang diistilahkan sebagai jahil tetapi tidak menurut hawa nafsu, tidak ada padanya sifat megah, sombong, angkuh dan bodoh. Dia bisa tunduk kepada kebenaran jika kebenaran disajikan kepadanya. Dia juga menyampaikan kebenaran yang diketahuinya kepada orang lain. Jadi, kebodohan apakah yang bisa dikatakan kepada orang seperti ini yang bersedia menerima dan menyampaikan kebenaran. Orang yang diistilahkan sebagai alim pula, bagaimana bisa dikatakan alim jika menuruti hawa nafsunya, memakai sifat bodoh dan sombong, menolak kebenaran jika datang dari orang lain atau tidak secucuk dengan kehendak nafsunya. Orang alim yang menurut hawa nafsu tidak mengajak manusia menyembah Allah swt sebaliknya mengajak mereka menyembah ilmunya. Manusia lain menjadi alat baginya untuk menaikkan ego dirinya sendiri. Oleh yang demikian adalah lebih baik jika bersahabat dengan orang jahil yang tidak tunduk kepada hawa nafsunya. Ketidaktahuan tidak menghalanginya untuk mengenali kebenaran dan dia juga mampu memberi dukungan ke arah kebenaran.

No comments:

Post a Comment