Saturday 8 June 2013

Maqamat Ajaran Thoriqoh

Ini ku update, karena ada yang mempertanyakan kalau apa praktek tharekat itu sama dengan perdukunan dan menuduhku sebagaimana dukun yang mengamalkan ajaran sesat, mungkin ini bisa dibaca apa itu thoreqoh qodiriyah wa naqsyabandiyah, apa sama dengan perdukunan atau kemusrikan/menyukutukan Allah dengan yang lain,

Maqamat Ajaran Thoriqoh

Praktek ini didasari dengan jalan memelihara keluar masuknya nafas, sehingga hati tidak lupa kepada Allah Swt, agar senantiasa tetap akan hadirnya Allah Swt pada masuk dan keluarnya nafas, dalam menarik dan menghembuskan nafasnya, harus selalu ingat dan hadir bersama Allah Swt di dalam hati sanubari, ingat kepada Allah saat keluar masuknya nafas guna memudahkan jalan dekat kepada Allah Swt dan diridhaiNya.

Ulasan ini sangat berguna untuk jalan atau membuat seorang anak manusia (hamba) sehingga dapat mengontrol dirinya agar jangan sampai lupa kepada Allah Swt, disamping dengan ibadah fardhu (wajib) yang dilakukan sebagai sifat penghambaan dan pengabdian terhadap Allah Swt, praktek ini jika dilakukan dengan rutin (istiqamah) dapat menjaga seorang hamba dari sifat lalai atau lupa kepada Allah Swt yang disebabkan oleh bisikan syetan pada jalan-jalan atau pintu masuk yang halus dari manusia, jadi inilah upaya untuk jalan menuju kepada Allah Swt yang Maha Agung dan Maha suci.

Penerapan dalam kesehariannya salah satunya menjaga jika ia (salik) berjalan, harus selalu menundukkan kepalanya, kalau tidak dapat dikhawatirkan membuat hati bimbang dan ragu, maka dari itu kita harus memelihara hati.

Terjadinya perpindahan sifat-sifat kemanusiaan yang kotor dan rendah, kepada sifat-sifat kemalaikatan yang bersih dan suci lagi penuh dengan ketaqwaan, karena itu wajiblah kita mengontrol hati, agar dalam hati kita tidak ada rasa cinta kepada makhluk selain dari Allah Swt, setiap salik harus selalu menghadirkan hati kepada Allah Swt dalam segala keadaan, baik di suasana sunyi maupun di tengah keramaian dunia.

Suluk dalam hal ini terbagi dari 2 (dua) bagian, yakni; Khalwat Lahir, yaitu orang yang sunyi di tengah keramaian, dan Khalwat Bathin, yaitu orang yang suluk senantiasa musyahadah kepada Allah Swt dan menyaksikan rahasia-rahasia Allah Swt, meskipun berada di tengah keramaian, dalam arti kata abadi dzikir (ingat) kepada Allah Swt, baik dzikir izmu zat dengan membaca Allah ... Allah ... Allah maupun dengan dzikir napi istbat menyebut La ilahaa illallah, sampai yang disebut itu terlihat di dalam dzikir yang hadir dan datang.

Di luar suluk yang resmi, seorang salik harus memelihara hatinya dari masuknya sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya sedapat mungkin di dalam kesadarannya yang jernih, jika terjadi yang demikian meskipun hanya sebentar dapat menjadi persoalan besar, hal ini tidak dapat terjadi dalam ajaran ibadah cara thariqat.

Tawajjuh atau pemusatan perhatian sepenuhnya pada musyahadah yang menyaksikan keindahan kebesaran dan kemuliaan Allah Swt terhadap Nur Zat Ahdiyah, cahaya yang maha esa dengan tidak seumpama dengan apapun juga dan tanpa disertai dengan kata-kata, hal ini dapat dicapai oleh seorang hamba dalam menjalani ibadah cara suluk setelah dia mengalami fana dan baqo yang sempurna.

Pelajaran dalam ajaran ini ada memiliki beberapa tingkatan yang disesuaikan dengan tingkat kebersihan jiwa dan hasil dari pengamalan dzikirnya terhadap Allah Swt, dengan dibimbing oleh seorang guru mursyid tentunya pada pembelajaran ini, semakin dekat seorang hamba dengan khalikNya, maka semakin naik pulalah tahapan tingkatan kajiannya dalam memperdalam ajaran dzikir ini, tingkatan dari ajaran dzikir ini terdiri sebagai berikut:

1. LATIFATUL QALBIY

Berhubungan dengan jantung jasmani, kira-kira dua jari di bawah susu kiri, dzikirnya sekurang-kurangnya 5000 dalam sehari semalam, ini wilayahnya Nabi Adam As, cahayanya kuning dan berasal dari tanah, angin dan api.

Wilayah ini tempatnya sifat buruk pada manusia, yakni; hawa nafsu, Syetan dan Dunia, jika seorang hamba lkhlas dzikirnya di wilayah ini, maka hilanglah itu darinya dan paling tidak berkurang, jadi sifat yang buruk pada wilayah ini jika di dzikirkan terus menerus, maka dapatlah menjelma atau masuklah sifat yang baik dan berakhlak, yaitu; Iman, Islam, Tauhid dan Ma'rifat.

Uraian latifah ini adalah merupakan sentral dari ruhaniah manusia, wilayah ini merupakan induk dari latifah-latifah lainnya, yaitu hati sanubari manusia itu sendiri. Madzmumahnya adalah hawa nafsu yang buruk itu menurut kehendak iblis dan syetan, cinta dunia, kafir dan syirik bertempatkan di wilayah ini.

Madzmudahnya adalah Iman, Islam, Tauhid dan Ma'rifat serta sifat-sifat malaikat, melalui dzikir pada latifatul qalbiy menjelmalah sifat madzmudah tadi kedalamnya, justru inilah di tuntut seorang hamba supaya rajin-rajin membersihkan wilayah ini dengan dzikrullah.

Jika seorang hamba benar-benar ikhlas dan rajin berdzikir pada wilayah ini dan beristiqamah, maka insya Allah Swt terbukalah rahasia gaib alam jabarud dan alam malakud dengan izin dan kehendakNya, dia mendapatkan ilham dan karunia dari-Nya, dan itu ini dikatakan sunah dan thariqat Nabi Adam As.

Puncaknya adalah fana pada Af'al Allah Swt, munculnya mati tabi'i, mati yang dimaksudkan di sini adalah matinya hawa nafsu dan hiduplah hati sanubari.

Mati Tabi'i artinya perasaan lahiriah orang yang berdzikir menjadi hilang, fana pendengaran dan penglihatan lahiriahnya, sehingga tidak berfungsi lagi, yang berfungsi adalah pendengaran dan penglihatan bathinnya yang memancar dari lubuk hatinya, sehingga terdengar dan terlihat adalah lapzul jalalah, dalam kondisi demikian akal dan pikiran tidak berjalan lagi, tetapi hanyalah ilham dari Allah Swt yang merupakan nur illahi itulah yang terbit dari orang yang berdzikir, sehingga hatinya muhadharoh hadir bersama Allah Swt.

Mati Tabi'i juga merupakan lompatan dari pintu fana yang pertama, oleh sebab diterimanya dzikir seorang hamba oleh Allah Swt, dan ini merupakan hasil dari mujahadahnya dan merupakan rahmat dan karunia dari Allah Swt, juga merupakan fanafillah dimana gerak dan diam tidak ada kecuali dari Allah Swt.

2. LATIFATUL RUH

Berhubungan dengan rabu jasmani dua jari di bawah susu kanan, dzikirnya sekurang-kurangnya 1000 kali dalam sehari semalam, ini adalah kawasan Nabi Ibrahim As dan bercahaya merah, maqam ini berasal dari api.

Maqam ini adalah tempatnya sifat madzmumah yaitu tamak, rakus dan bakhil, jika ikhlas dzikirnya maka masuklah dan berganti dengan sifat madzmudah, yaitu Khana'ah dalam arti memadai itu akan apa ada adanya.

Sifat buruk ini seperti, loba, tamak, rakus dan bakhil adalah salah satu sifat yang tidak disukai oleh Allah Swt dan Rasul-Nya, sifat bathiniah yang buruk seperti ini tidak ubahnya seperti binatang yang suka menurut akan hawa nafsunya, jadi dengan rajinnya mengobati sifat ini dengan dzikir pada maqam tersebut di atas adalah dapat berganti sifas yang disukai Allah Swt dan RasulNya, seperti merasa selalu bersyukur dan menerima apa adanya yang telah ditetapkan oleh Allah Swt, usaha untuk merubah sifat ini adalah dengan cara yang wajar melalui dzikir kepada Allah Swt dengan seperti cara yang diajarkan oleh Thariqat An-Naqsyabandi.

Puncaknya pada dzikir adalah maqam fanafil asma dan mati ma'nawi, artinya semua sifat keinsanan manusia telah mencair dan lenyap di liputi oleh sifat ketuhanan yang dinamakan dengan fanafisifattillah, sifat yang baru dan sifat yang kekurangan pada diri seseorang yang berdzikir jadi lenyap atau fana, yang tinggal hanyalah sifat tuhan yang maha sempurna dan azali.

Pendengaran dan penglihatan lahir menjadi hilang lenyap, yang tersisa hanyalah pendengaran bathin dan penglihatan bathin yang memancarkan nur illahi, yang terbit dari dalam hati yang dapat memancarkan ilham dari Allah Swt, mati ma'nawi ini merupakan pintu fana yang kedua dan diterima oleh seseorang berdzikir, ini merupakan hasil mujahadahnya dan merupakan rahmat dan karunia dari Allah Swt jika ikhlas dzikirnya.

3. LATHIFATUL SIRRI

Berhubungan dengan hati jasmani kira-kira dua jari di atas susu kiri, dzikirnya dalam sehari semalam sekurang-kurangnya 1000 kali, ini wilayahnya Nabi Musa As dan bercahaya putih asalnya dari angin, maqam ini tempatnya sifat madzmumah pada manusia, yaitu pemarah, pembengis, emosi tinggi dan penaik darah dan pendendam, jadi kita harus berdzikir di tempat ini jika ingin menghilangkan sifat buruk tersebut dari bathin kita, jika ikhlas dzikirnya di tempat ini maka akan bergantilah sifat buruk tadi menjadi sifat yang terpuji, seperti pengasih, penyayang, baik budi bahasa dan pekertinya.

Sifat ini dikatakan seperti sifat binatang buas yang suka berbuat onar, kekejaman, penganiayaan, penindasan, permusuhan dan pendzaliman sesama, dan sebagai madzmudahnya adalah sementara lenyap sifat buruk di atas dan berganti dengan sifat kesempurnaan, terutama rahman dan rahim, ini dikatakan adalah sunah dan thariqatnya Nabi Musa As.

Puncaknya pada maqam ini adalah fanafisifattisubutiah dan mati sirri, mati sirri artinya segala sifat keinsanan menjadi lenyap dan berganti fana, demikian juga dengan alam yang ada ini menjadi lenyap dan ditelan oleh alam gaib, alam Malakul yang penuh dengan nur illahi, mendapat karunia mati sirri ini adalah bergelimang baqa finurillah, yaitu nur af'al Allah Swt, nur asma Allah Swt, nur zat Allah Swt dan nurron 'ala nurrin, cahaya di atas cahaya Allah Swt, dimana Allah Swt memberikan karunia itu kepada siapa saja yang dia kehendaki.

4. LATHIFATUL Khafi

Berhubungan dengan limpa jasmani kira-kira dua jari di atas susu kanan, berdzikir pada maqam ini dalam sehari semalam sekurang-kurangnya 1000 kali, ini adalah kawasan Nabi Isa As dengan bercahayakan hitam dan berasal dari air.

Ini adalah tempatnya sifat madzmumah pada manusia, seperti busuk hati, munafik, pendusta, janji, penghianat dan tidak dapat dipercaya, nah jika ikhlas dzikir pada tempat ini maka hilanglah sifat yang demikian dan berganti dengan sifat yang terpuji, seperti ridha dan syukur, madzmumahnya lathifatul khafi ini dikatakan dengan sifat syetaniah yang menimbulkan was-was, cemburu, dusta dan sebagainya yang sejenis, dan mahmudahnya adalah sifat syukur dan ridha serta sabar dan tawakkal, ini dikatakan dengan sunahnya Nabi Isa As.

Puncaknya adalah fana fissifatis Salbiyah dan mati hissi, mati hissi artinya segala sifat keinsanan yang baru menjadi lenyap atau fana dan yang tinggal hanyalah sifat tuhan yang qadim azali, ada tingkat ini tanjakan bathin seorang yang berdzikir telah mencapai tingkat tertinggi, yaitu tingkat ma'rifat, pada tingkat ini orang yang berdzikir telah mengalami keadaan yang tidak pernah dilihat oleh mata zahir, tidak pernah didengar telinga zahir dan tidak pernah terlintas dalam hati sanubari manusia dan tidak mungkin pula bisa disifati oleh sifat manusia kecuali yang telah dikaruniakan oleh Allah Swt dengan seperti pada jalan tersebut di atas.

5. LATHIFATUL AKHFA

Berhubungan dengan empedu jasmani kira-kira tempatnya di tengah dada, dzikirnya sekurang-kurangnya dalam sehari semalam adalah 1000 kali, ini merupakan kawasan Nabi Muhammad Saw dan bercahaya hijau serta berasal dari tanah, tempat sifat takabur, ria, ujub dan suma'ah, ini harus kita hilangkan dengan berdzikir pada maqam ini agar dapat berganti dengan sifat tawadduk, ikhlas, sabar dan tawakkal kepada Allah Swt.

Sifat segala keakuan seperti sombong, takabur, ria, loba, ujub dan serakah serta bersikap akulah yang terpandai, akulah yang terkaya, akulah yang tergagah, tercantik dan lain sebagainya, maqam ini juga dikatakan dengan sifat rububiyah atau rabbaniyah dan hanya pantas bagi Allah Swt, sebab dialah yang pada hakikatnya yang memiliki, mengatur alam semesta ini, sifat baik pada maqam didapatkan jika berdzikir dengan ikhlas adalah khusyu', tawadduk, tawakkal dan ikhlas sebenarnya ikhlas, selalu tafakkur akan keagungan Allah Swt dan ini dikatakan dengan sunahnya dan thariqatnya Nabi Muhammad Saw, puncaknya adalah fana fidzzat, almuhallakah.

6. LATHIFATUL NAFSUN NATIKAH

Berhubungan dengan otak jasmani terletak di tengah-tengah dahi, berdzikir pada maqam ini dalam sehari semalam adalah sebanyak 1000 kali sekurang-kurangnya, ini adalah kawasan Nuh As dan bercahaya biru serta tempat sifat buruk pada manusia yaitu khayal dan angan-angan, oleh karena itu kikislah sifat tersebut dengan berdzikir secara ikhlas pada tempat ini, agar berganti dengan sifat muthma'innah, yaitu sifat dan nafsu yang tenang.

Buruknya pada tempat ini adalah selalu panjang angan-angan, banyak khayal dan selalu merencanakan selalu yang jahat untuk memuaskan hawa nafsu, sifat baiknya adalah nafsu muthma'innah yaitu sifat yang sakinah, aman, tenteram serta berpikiran yang tenang, ini dikatakan dengan sunah thariqatnya Nuh As, puncaknya adalah mati hissi.

7. LATHIFATUL KULLU JASAD

Berhubungan dengan seluruh tubuh atau jasad lahir, berdzikir pada maqam ini dalam sehari semalam sekurang-kurangnya 11.000 kali, ini adalah tempatnya sifat buruk manusia, yaitu jahil dan lalai, seseorang yang dzikirnya ikhlas pada tempat ini dapat menimbulkan ilmu dan amal yang diridhai oleh Allah swt.

Dzikir ini disebut juga dengan dzikir sultan aulia Allah Swt, artinya raja sekalian dzikir dan dijalankan melalui seluruh tubuh, tulang belulang, kulit, urat dan daging di luar maupun di dalam, di tempat ini dzikir Allah ... Allah ... Allah pada sudut anggota tubuh beserta ruas dari ujung rambut sampai ujung kaki sampai tembus keluar yakni bulu roma pada sekujur tubuh atau badan, agar dapat menghilangkan sifat malas dan lalai beribadah kepada Allah Swt.

Untuk menghantam seluruh sifat malas dan lalai tersebut harus dilaksanakan dengan sepenuh hati yang ikhlas, menurut penelitian praktisi ajaran cara ibadah tasawwuf bahwa iblis dan syetan bisa masuk melalui dan menetap pada seluruh bagian tubuh, karena itu perlu digetar dengan dzikirullah sehingga dzikirullah menetap di tempat itu dengan sendirinya dan tentu saja tidak ada lagi jalan iblis atau syetan untuk dapat memasuki tubuh zahir dan merasuk ke dalam bathin manusia untuk membisikkan segala perbuatan jahat yang tercela di hadapan Allah Swt.

Sifat yang masuk pada maqam ini setelah dzikir tersebut adalah ilmu dan amal yang diridhai oleh Allah Swt, dia berilmu sesuai dengan qur'an dan syari'at serta sunnah Rasul Saw, hakikat cahaya pada maqam ini adalah nuurus samawi dan dikatakan dengan sunah dan thariqatnya orang alim dan ma'rifat kepada Allah Swt, puncak pada dzikir ini adalah mati hissi yang merupakan pokok dan mendasari dzikir-dzikir yang lain di atasnya, karena itu para praktisi ajaran ini harus mengkhatamkannya sekurang-kurangnya 11.000 sehari semalam.

Dzikir lathaif inilah merupakan senjata paling ampuh untuk mengusir dan membasmi sifat madzmumah yang ada pada 7 (tujuh) lathaif tadi, segala sifat madzmumah atau sifat buruk ini ditunggangi oleh iblis dan syetan.

No comments:

Post a Comment